-->

Selasa, 12 April 2016


Pakis atau paku merupakan tumbuhan yang sering kita temukan di tepi jalan, di lahan kosong bahkan di dinding tembok dan batang pepohonan. Daunnya yang indah dan unik dengan bentuknya yang beraneka ragam seringkali menjadikan daun ini sebagai target koleksi bagi pecinta herbarium. Dulu ketika saya masih kecil, saya memiliki banyak koleksi tumbuhan paku dari aneka spesies. Daun-daun ini saya selipkan di dalam lembaran buku tua milik Bapak yang telah tidak terpakai. Biasanya dalam waktu satu minggu daun paku menjadi kering dan siap untuk di tempelkan di sehelai kertas putih. Waktu itu saya dan kakak saya Wulan, menggunakannya sebagai hiasan kartu Lebaran yang akan kami kirimkan kepada keluarga di Tanjung Pinang. Berhubung kondisi ekonomi keluarga kami yang sangat pas-pasan dan kartu Lebaran buatan pabrik termasuk golongan barang mewah yang tak terkangkau, maka kartu buatan sendiri yang terbuat dari sehelai kertas karton putih dengan aneka tempelan daun dan biji kering pun menjadi alternatif yang tak kalah ciamiknya. ^_^

Sayangnya kegiatan membuat kartu Lebaran sendiri sepertinya saat ini sudah banyak ditinggalkan orang, apalagi dengan teknologi SMS dan email maka ucapan selamat Idul Fitri cukup dikirimkan dalam teks singkat dan tiba ditujuan dalam waktu sekian detik saja. Padahal kegiatan membuat kartu Lebaran selain menyenangkan juga melatih kreatifitas anak-anak dan mengajarkan mereka menjadi mandiri dan mencintai karya sendiri.

Oke, kembali ke gulai pakis yang kali ini saya posting. Dulu waktu kami masih tinggal di Tanjung Pinang, tepatnya di Tanjung Unggat, saat itu rumah kami terletak cukup jauh dari jalan raya. Nah tepat di belakang rumah terbentang hutan bakau dan kelapa yang cukup luas dimana setiap jengkal tanahnya ditutupi oleh aneka sesemakan, salah satunya adalah pakis. Beribu-ribu pohon pakis dalam aneka jenis, tumbuh dengan suburnya. Hutan ini merupakan tempat bermain saya sehari-hari. Disana, bersama teman masa kecil, saya mengeksplor setiap jengkalnya dan terkadang bermain hingga berkilometer jauhnya dari rumah. Berbeda dengan kakak dan adik saya yang lebih suka 'ngendon' di dalam rumah, maka sejak kecil saya memang telah tergila-gila dengan alam dan tumbuhan. Setiap tumbuhan dan hewan bagi saya terlihat unik dan menarik perhatian sehingga tidak heran jika Ibu saya lebih sering menemukan saya mencari buah kemunting di sesemakan atau memancing ikan kitang-kitang di tepi sungai kecil yang terletak di depan rumah, dibandingkan belajar pelajaran sekolah.


Karena banyaknya tumbuhan pakis di sekitar tempat tinggal kami maka tak heran jika sayur daun pakis menjadi menu sehari-hari. Saat itu di Tanjung Pinang harga bayam dan kangkung luar biasa mahalnya dan Ibu saya sangat jarang memasaknya. Tapi daun pakis dan daun singkong cukup terjangkau bagi keluarga kami. Namun jangan mengira jika kemudian Ibu saya akan memanen daun-daun pakis di hutan di belakang rumah, walau saat ini saya berpikir mengapa tidak kami lakukan saat itu. Biasanya beliau membelinya di pasar dalam jumlah yang banyak karena daun-daun ini ketika dimasak akan menyusut bobotnya dengan drastis. Gulai adalah satu-satunya masakan yang selalu beliau buat kala mengolah daun pakis. Saya bahkan tidak pernah membayangkan masakan lainnya yang lebih tepat. Sepertinya daun pakis yang kering dan berserat dengan rasa yang unik ini menjadi sangat lezat kala dimasak dalam limpahan bumbu gulai dan santan kental.


Di Jakarta sendiri saya sangat jarang menemukan daun pakis dijual di pasar, walau terkadang rumah makan Padang menyajikan gulai pakis dalam daftar menunya, namun itu sangat langka terjadi. Kerinduan saya akan masakan ini pun terbayar ketika beberapa waktu yang lalu saat sedang berkunjung ke rumah Wiwin dan berbelanja di Pasar Mampang, saya menemukan seorang Ibu penjual sayur dengan tumpukan daun pakis di meja dagangannya. Tanpa berfikir panjang, ikatan daun-daun pakis pun berpindah ke kantung belanja saya. Hanya satu resep yang ada di dalam benak saya untuk mempermak tumbuhan paku ini yaitu gulai pakis. Proses menyiangi daunnya yang imut memang sangat menyita waktu dan beberapa daun sepertinya sudah terlalu tua. Dalam ingatan saya, dulu Ibu saya selalu membeli daun-daun pakis kala bentuknya masih kuncup, berwarna hijau tua dan terasa lembut kala diremas, bukan daun mekar berwarna hijau muda seperti yang saya dapatkan. Tapi bagaimana lagi, jumlahnya yang tidak banyak membuat saya akhirnya memasukkan semuanya ke dalam masakan. 

Membuat gulai pakis sangat mudah, semua bumbu cukup dihaluskan dan ditumis hingga harum. Daun di masak hingga lunak dan santan yang cukup kental lantas diguyurkan ke dalamnya. Salah satu kunci gulai pakis yang lezat adalah kuah yang tidak banyak dengan konsistentsi yang kental. Masakan ini mantap di santap bersama nasi putih hangat dan ikan balado. Yummy!

Berikut resep dan prosesnya ya! 

Gulai Pakis a la My Mom

Resep diadaptasikan dari Ibu saya

- 2 ikat besar daun pakis, berat sekitar 500 gram 

- 80 ml santan kental instan

- 300 ml air

Bumbu dihaluskan:

- 10 buah cabai merah keriting

- 5 buah cabai rawit merah

- 5 siung bawang merah

- 5 siung bawang putih

- 1/2 sendok teh jintan 

- 1 sendok makan ketumbar sangrai

- 2 ruas jari kunyit

- 2 batang serai, ambil bagian putihnya saja

- 2 ruas jari jahe

- 6 butir kemiri sangrai 

Bumbu lainnya:

- 3 lembar daun salam

- 4 lembar daun jeruk purut

- 2 ruas jari lengkuas, pipihkan

- 1 1/2  sendok makan gula Jawa disisir atau gula pasir

- 2 sendok teh garam 

Siapkan pakis, ambil pucuk mudanya dan siangi daun mudanya dengan menariknya menggunakan jemari tangan. Cuci bersih, tiriskan.

Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk, dan lengkuas hingga bumbu harum, matang dan terlihat berubah warna menjadi lebih tua. Tuangkan air, aduk dan masak hingga air mendidih.

Masukkan daun pakis, masak hingga daun lunak dan empuk. Tuangkan santan kental, gula, garam. Aduk dan masak dengan api kecil hingga santan mendidih, matang dan berminyak. Jika kuah dirasa kurang bisa tambahkan sedikit air. Saya sendiri menyukai gulai pakis dengan kuah yang kental dan tidak terlalu banyak. Cicipi rasanya dan sajikan. Yummy! 

Sources:
Wikipedia - Fern[1]
Wikipedia Indonesia - Tumbuhan Paku[2]
  
        

References

  1. ^ Fern (en.wikipedia.org)
  2. ^ Tumbuhan Paku (id.wikipedia.org)

Source : http://www.justtryandtaste.com/2014/06/gulai-pakis-la-my-mom.html
 
Sponsored Links