Nah beberapa minggu terakhir ini, hidup kami lumayan makmur karena melimpahnya makanan yang datang silih berganti. Mulai dari beberapa kotak martabak telur dan martabak manis, sumbangan dari karyawan baru, pizza keju dari Mba Mirah yang merayakan anniversary ke-23 pernikahannya, hingga sekardus keripik Sanjay khas Padang kiriman Ibu salah seorang karyawan. Ketika perut sudah terasa 'eneg' karena kekenyangan, perasaan berdosa pun datang menyerang dan masing-masing mulai teringat dengan berat badan yang merangkak naik. Aduh kayanya berat badan ane bertambah nih, timbang badan dulu ah, cetus Mba Ade sambil menarik sebuah timbangan badan yang terletak di bawah mejanya. Seakan dikomando, semua lantas berebutan berdiri menunggu giliran hingga terlihat seperti Ibu-Ibu yang sedang antri hendak menimbangkan bayi mereka di Posyandu.
Kala seorang teman naik ke atas timbangan maka masing-masing lantas heboh saling berkomentar melihat angka yang tertera di sana. Tentu saja tidak ada yang memberikan komentar positif. Satu sama lain saling memuaskan diri dengan mem-bully rekan lainnya yang sedang menimbang, tidak peduli apakah orang tersebut memiliki tubuh ceking ataupun gemuk. Yuni yang bertubuh paling jumbo diantara kami yang rata-rata juga over-sized, tampak duduk manis, diam tak bergeming dengan keributan yang terjadi di sekitar mejanya. Padahal biasanya dia termasuk yang paling iseng diantara kami semua dan untuk urusan bully mem-bully seperti ini, dia pakarnya. Â
Taktik pura-pura tidak terlihat ini tentu saja sudah bisa diduga maksudnya, tujuannya apalagi selain berharap kami lupa dan tidak memintanya naik ke atas timbangan. Sayangnya strategi bergaya invisible ini tentu saja impossible dilakukan, terutama jika anda memiliki tubuh yang besar. Yun, naik ke timbangan. Gue belum puas kalau elu belum naik, gertak Ani pura-pura galak. Kenapa sih Mba Ani ini, orang aku nggak mau nimbang badan kok, balas Yuni menghindar. Pokoknya naik! Soalnya gue paling berat nih dibandingkan semuanya. Nah kalau lu udah nimbang kan posisinya jadi bergeser, elu ntar yang badannya paling berat, jawaban Ani membuat kami semua ngakak, dan Yuni pun menjadi bersungut-sungut kesal sambil mencemberutkan bibirnya. ^_^
Wokeh, usai sudah intermezo singkat mengenai kantor tempat saya bekerja. Sekarang kita menuju ke resep otak-otak ikan yang saya tampilkan di postingan kali ini. Nah, jika anda berkunjung ke supermarket seperti Carrefour maka makanan ini pasti sering anda temukan disana. Otak-otak ikan berwarna abu-abu putih dengan bintik-bintik hijau daun bawang ini banyak dijual di supermarket tersebut baik versi matang ataupun mentahnya. Otak-otak ini berbeda dengan otak-otak ikan Makassar yang memiliki rasa ikan yang kuat atau otak-otak Tanjung Pinang yang kaya rempah. Otak-otak labu siam ini lebih kenyal karena kandungan tepung tapioka di dalamnya namun berasa gurih dan sedap sebagai camilan, atau terkadang diiris tipis dan menjadi campuran didalam capcay atau tumisan sayuran lainnya. Â
Walau mudah ditemukan di supermarket, namun membuatnya sendiri sangat mudah dan tentu saja lebih terjamin kualitas bahannya. Makanan seperti otak-otak, bakso, sosis dan nugget, merupakan jenis makanan yang sulit untuk diidentifikasi bahan-bahan penyusunnya karena semua bahan telah dihancurkan hingga lumat. Membuatnya sendiri tentu saja jauh lebih aman.
Otak-Otak Ikan a la Makassar
Otak-Otak Ikan & Cumi-Cumi[2] [1]
Otak-otak yang sudah matang dikukus bisa disantap begitu saja atau biasanya digoreng hingga permukaannya kuning kecoklatan. Atau anda juga bisa menggunakannya sebagai campuran cap cay, hidangan tumisan dan sup. Supaya otak-otak tahan lama, bekukan otak-otak kukus di freezer dan sewaktu-waktu diperlukan maka otak-otak siap digunakan. Otak-otak sedap disantap bersama cocolan saus sambal botolan, sambal pecel atau sambal rujak yang saya hadirkan kali ini. Mantap!
Berikut resep dan prosesnya ya.
Otak-Otak Ikan Labu Siam
Resep hasil modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep otak-otak lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Otak-Otak a la Makassar[3]
Otak-Otak Tahu dan Ikan Bandeng dengan Saus Kacang[4]
Otak-Otak Ikan dan Cumi-Cumi[5]
Bahan:
- 250 gram ikan tengiri/tuna/kakap/gurame atau ikan dengan daging putih lainnya
- ½ buah labu siam ukuran besar, berat sekitar 150 gram, kupas dan potong kasar
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- ½ sendok makan garam
- ½ sendok teh merica bubuk
- 1 butir telur, kocok lepas
- 3 sendok makan minyak goreng
- 1 sendok makan minyak wijen
- 1 sendok makan gula pasirÂ
- 250 gram tepung sagu atau tapioka
- 1 batang daun bawang, cincang kasar
Cara membuat:
Siapkan food processor atau chopper, masukkan ikan tengiri, proses hingga halus. Tambahkan lau siam, bawang putih, garam, merica, telur, minyak goreng, minyak wijen dan gula. Proses hingga halus.Â
Tuangkan adonan ke dalam mangkuk, masukkan sagu dan daun bawang aduk hingga tercampur dengan baik. Cicipi rasanya. Olesi permukaan tangan dengan minyak goreng, ambil segumpal adonan sekitar 2 sendok makan, pulung atau gelindingkan di permukaan telapak tangan hingga membentuk silinder panjang dengan kedua ujung yang lancip.Â
Angkat dan goreng otak-otak hingga kecoklatan. Angkat dan tiriskan. Otak-otak yang telah dikukus bisa anda simpan di dalam freezer untuk waktu yang lama. Â
Otak-otak siap disantap dengan sambal rujak atau sambal pecel atau campuran kedua sambal terasa lebih mantap! Yummy!
References
- ^ Otak-Otak Ikan a la Makassar (www.justtryandtaste.com)
- ^ Otak-Otak Ikan & Cumi-Cumi (www.justtryandtaste.com)
- ^ Otak-Otak a la Makassar (www.justtryandtaste.com)
- ^ Otak-Otak Tahu dan Ikan Bandeng dengan Saus Kacang (www.justtryandtaste.com)
- ^ Otak-Otak Ikan dan Cumi-Cumi (www.justtryandtaste.com)
Source : http://www.justtryandtaste.com/2015/01/otak-otak-ikan-labu-siam.html