-->

Senin, 18 Mei 2015

Kalau merenung, menimbang, melihat dan memikirkan berat badan yang merangkak semakin naik, maka sebenarnya saya termasuk kategori orang yang tidak perlu doping untuk menambah nafsu makan. Nafsu saya akan makanan, sejak dari lahir (menurut laporan Ibu saya) hingga saya sejumbo sekarang tidak pernah mengalami masalah yang namanya hilang nafsu. Justru saya perlu belajar banyak untuk mengerem keinginan mengunyah yang sepertinya susah sekali dikontrol. Namun beberapa hari belakangan ini karena kondisi badan yang kurang fit, panas demam dan perut yang terasa tidak nyaman akhirnya saya pun mengalami kehilangan nafsu makan. 

>Setiap hari saat jam makan siang maka saya pun dibuat kebingungan untuk memutuskan menu apa yang akan saya santap hari itu. Setelah bosan menyantap cap cay, 'eneg' jika teringat kani roll dan ngeri jika harus membakar lambung saya dengan seporsi besar tom yam maka tadi pagi walau didera rasa malas saya pun memaksakan diri berkutat di dapur untuk mempersiapkan lauk makan siang. Kalau sudah seperti ini maka masakan simple a la kampung seperti sambal teri dengan cabai hijau dan aneka sayuran ini biasanya terbukti sukses untuk mendobrak semangat makan!  ^_^


Masing-masing keluarga biasanya punya masakan rumahan yang menjadi favorit dan andalan seluruh anggota. Umumnya masakan ini memiliki kriteria sedap, mudah dibuat dalam waktu singkat dan selalu habis diserbu kala disajikan. Nah di keluarga saya, masakan sederhana super pedas berupa tumisan ikan bandeng atau ikan pindang dengan irisan cabai rawit dan tomat hijau segunung selalu menjadi juaranya. Kami menyebutnya dengan nama sambal ikan. Ma, masak sambal ikan dong, pinta kami jika menu tersebut sudah lama tidak muncul di dapur dan Mama dengan penuh semangat akan memasaknya sewajan besar. Bagi yang tidak terbiasa menyantapnya atau memang mengalami alergi dengan cabai pasti akan merasa seram kala melihat seperempat kilogram cabai rawit dengan warna jingga menyala dimasukkan ke dalam tumisan, bersama segunung irisan bawang putih dan bawang merah. Namun bagi kami yang dibesarkan dengan makanan  ini maka mencium baunya saja kala sedang ditumis sudah membuat air liur menetes-netes. ^_^ 

Nah kalau berbicara tentang sambal ikan, selalu membuat ingatan saya melayang kala masa kecil dulu, saat kami masih tinggal di Tanjung Pinang. Waktu itu jam menujukkan pukul enam pagi, semua anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing.  Saya, Wulan dan Wiwin pontang-panting mempersiapkan diri menuju ke sekolah. Alm. Bapak sibuk menyikat sepatu tentaranya menjadi semakin kinclong, bersiap-siap hendak menuju ke kantor dan Ibu saya berada di dapur mempersiapkan sarapan pagi. Semua tampak aman damai, terkendali selayaknya sebuah keluarga bahagia lainnya. 

Kedamaian itu pecah kala kami, tiga anak perempuan kecil, penggila sambal ikan menemukan ternyata di atas meja hanya menyisakan sepotong ikan sisa tadi malam. Dimulai dari kakak saya, Wulan, yang merasa paling tua mengklaim piring beserta isinya. Ini buat Wulan! Endang sama Wiwin makan dengan telur goreng saja! Eits  nanti dulu, selisih usia lebih muda tidak membuat saya atau Wiwin gentar. Kami berdua pun sontak mengulurkan keempat tangan dan merebut piring di tangan Wulan. Dan yang terjadi kemudian sudah bisa ditebak saudara-saudara, dapur pun menjadi medan peperangan. Penuh dengan teriakan saya dan Wulan, serta tangisan Wiwin yang terkenal paling cengeng. Suara Ibu yang berusaha melerai dan menenangkan kami tertelan oleh teriakan-teriakan keras hingga kemudian Bapak pun datang memasuki dapur. Dengan satu langkah sigap diraihnya piring berisi sambal ikan yang berada dalam genggaman keenam tangan anak-anaknya dan dengan santai dilemparkannya keluar jendela. Hari ini, biar kucing yang makan sambal ikan itu! Bapak kemudian duduk di kursi dan mulai menuangkan nasi goreng di piringnya sementara kami masih terdiam, terbengong, terpekur, terhenyak dengan mulut setengah ternganga. Kepala ini masih berkecamuk, bertanya-tanya dengan nasib sambal ikan di pelataran belakang rumah. Masih bisa diselamatkan nggak ya? Gubrak!

Wokeh kembali ke sambal teri yang kali ini saya posting. Anda bisa menyebutnya tumis namun saya sendiri lebih suka dengan kata sambal karena rasanya yang super pedas tak kalah dengan sambal umumnya. Untuk masakan ini selain teri dan cabai hijau saya menggunakan jamur, terung bulat yang biasa untuk lalap dan sebatang pakchoy. Bahan-bahan ini tidak pakem, artinya anda bisa menyesuaikannya dengan isi kulkas saat itu. Sambal ini harus dibuat pedas, karena pedas identik dengan menambah nafsu makan walau tentunya kekuatan perut anda juga perlu dipertimbangkan. Satu hal yang saya lakukan jika memasak hidangan yang ditumis adalah tidak menambahkan air ke dalam masakan. Tidak adanya air ini membuat konsentrasi bumbu yang melekat di bahan semakin kuat sehingga kala disantap dengan nasi akan membuat anda berteriak, Tambuah  ciek'! karena rasanya yang nendang. 

Bumbunya sederhana, bawang putih, bawang merah, sedikit saus tiram, dan kecap manis. Jika anda memiliki tomat hijau yang asam rasanya maka jangan ragu-ragu untuk memasukkannya dalam porsi banyak. Rasa asam, asin, manis dalam sambal akan berpadu dengan teri yang gurih dan sayuran yang segar membuat saya mengisi piring kedua saat menyantap sambal teri ini. Berikut resep dan prosesnya ya!

- 2 genggam teri jengki

- 2 buah terung kecil untuk lalap, potong dadu

- 4 buah jamur champignon, potong dadu

- 1 batang pakchoy, rajang kasar beserta batangnya
- 1 batang daun bawang, iris melintang tipis

Bumbu: 
- 1 sendok makan minyak untuk menumis

- 5 siung bawang merah, rajang tipis

- 3 siung bawang putih, cincang halus

- 3 buah cabai hijau besar, iris melintang ukuran 1/2 cm

- 1 buah cabai merah besar, iris melintang ukuran 1/2 cm

- 20 buah cabai rawit hijau atau merah, iris melintang tipis

- 1 sendok makan saus tiram

- 1 sendok makan kecap manis

- 1/2 sendok teh garam (tambahkan jika masakan belum terasa asin)

- 1/4 sendok teh merica bubuk

Siapkan semua bahan, cuci bersih, potong-potong dan sisihkan. Siapkan wajan, atau panci anti lengket seperti yang saya gunakan. Panaskan minyak hingga benar-benar panas. Tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum dan matang. 

Tambahkan teri, aduk dan tumis hingga teri sedikit berubah kecoklatan.


Masukkan cabai dan semua sayuran, aduk dan tumis hingga layu. Tambahkan saus tiram, kecap manis, garam dan merica bubuk, aduk rata dan masak sambil sesekali diaduk hingga sayur empuk dan matang. Jangan memasaknya hingga sayuran terlalu layu dan lembek. Cicipi rasanya dan angkat.

Sajikan dengan nasi putih hangat. Super yummy!


Source : http://www.justtryandtaste.com/2014/11/si-penambah-nafsu-makan-sambal-teri.html
 
Sponsored Links