-->

Jumat, 08 Mei 2015

Bagi sebagian orang, menyantap pare yang terasa pahit ini memang memerlukan perjuangan, tapi bagi mereka yang ketagihan dengan rasa pahit getirnya yang khas maka justru rasa inilah yang dicari. Walau saya bukan termasuk pecinta rasa pahit terutama di jamu dan minuman seperti kopi namun rasa pahit pare justru membuat saya tergila-gila. Apalagi jika buah berbintil-bintil aneh ini ditumis dengan udang dengan cabai rawit segunung, hmm digado begitu saja sedap apalagi jika disantap dengan nasi panas, bisa habis berpiring-piring. 

Sebenarnya rasa pahit buah pare bisa dikurangi dengan mendiamkannya di dalam larutan garam sejenak hingga sebagian kandungan air dalam pare berkurang, harapannya sebagian zat pemberi rasa pahit pun terbuang. Selain itu, garam juga mampu membuat tekstur pare menjadi lebih lemas sehingga bumbu mudah meresap masuk ke dalamnya. Bagi anda yang hingga saat ini masih memasukkan buah ini sebagai daftar terlarang buah dan sayuran yang layak dikonsumsi mungkin harus memikirkannya kembali karena ternyata si pahit yang buruk rupa ini banyak sekali  manfaatnya. Tidak percaya? Yuk lanjut. ^_^  

Pare (Momordica charantia) atau dikenal di luar negeri dengan nama bitter gourd atau bitter melon atau bitter squash, atau karela di India, merupakan tanaman merambat yang berasal dari keluarga ketimun atau Cucurbitaceae. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan sub tropis serta banyak dibudidayakan di kawasan Asia, Afrika dan Karibia untuk diambil buahnya yang dianggap sebagai buah terpahit diantara buah sejenis lainnya. Sebenarnya tanaman ini berasal dari India dan dibawa ke China pada abad ke-14.

Tanaman ini memiliki banyak varietas, jika anda sering berkunjung ke pasar baik tradisional maupun supermarket maka anda akan menemukan aneka bentuk buah pare. Pare yang berasal dari China (seperti yang saya gunakan dalam resep ini) memiliki bentuk bulat lonjong lebar, dengan ujung yang tumpul dan memiliki permukaan yang lebih smooth lekukannya, dengan warna hijau muda. Sementara pare dari India memiliki bentuk panjang sempit, dengan ujung lancip, permukaannya berbintil-bintil seperti kutil yang sangat banyak, berwarna hijau hingga putih. Selain kedua jenis pare ini masih ada jenis lainnya misalnya pare dengan ukuran buah yang sangat kecil. Untuk rasa maka semuanya memiliki rasa yang sama yaitu pahit. Penyebab rasa pahit di pare sebenarnya merupakan peranan senyawa alkaloid momordicine dan triterpene glycosides yang umum terdapat di dalam keluarga ketimun. Terkadang jika kita menyantap buah ketimun kita menemukan juga jejak rasa pahit seperti ini di bagian pangkalnya.


Pare umum digunakan di dalam kuliner China, seringkali dimasak dengan cara ditumis atau dibuat sup. Terkadang juga digunakan untuk memberikan rasa getir di beberapa bir a la China dan Okinawa. Di India, buah ini disantap bersama kentang dan saus yogurt. Di Indonesia sendiri buah ini umumnya diolah dengan cara ditumis, di rebus dan menjadi salah satu komponen gado-gado atau siomay, terkadang juga dimasak dengan kuah santan yang kental. 

Nah selain lezat sebagai masakan, buah pare juga memiliki banyak manfaat. Beberapa riset menemukan bahwa ekstrak buah ini bisa berfungsi sebagai anti kanker dan mencegah sel kanker untuk berkembang biak. Di Togo, buah pare berguna sebagai pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit pencernaan yang disebabkan oleh nematoda (cacing). Di Asia, buah pare umum dipakai untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria, sementara di Panama dan Kolombia, teh yang terbuat dari daun tanaman pare yang digunakan untuk pengobatan penyakit tersebut. Selain manfaat di atas beberapa penelitian juga menemukan bahwa buah pare berperan juga dalam pengobatan diabetes dan membantu penurunan berat badan. Buah ini tidak disarankan untuk dikonsumsi bagi pria yang ingin memiliki momongan karena kandungan zat di dalam pare mampu mencegah terjadinya kehamilan (birth control) dan mampu menurunkan kesuburan pada pria (anti fertilitas). Untuk wanita yang sedang hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi buah pare karena kram perut dan masalah pencernaan lainnya kemungkinan bisa terjadi.  

Okeh saya akhiri cerita mengenai buah pare, yuk kita langsung menuju ke resep dan proses memasaknya.   


Tumis Pedas Pare & Udang

Resep hasil modifikasi sendiri

Bahan & bumbu:

- 2 buah pare, belah memanjang, buang bijinya dan iris melintang tipis

- 200 gram udang pacet, buang kepalanya

- 4 butir bawang merah, iris tipis

- 1 buah bawang bombay ukuran kecil, iris tipis

- 4 buah bawang putih, cincang halus

- 10 buah cabai rawit merah
- 2 ruas jahe, cincang halus
- 1 ruas lengkuas, pipihkan
- 3 lembar daun salam  
- 1 sendok makan saus tiram

- 1/2 sendok makan gula pasir

- 1/2 sendok teh garam

- minyak untuk menumis

Cara membuat: 

Siapkan buah pare, belah memanjang, buang biji dibagian tengahnya. Iris buah melintang tipis. Tambahkan 1 sendok makan garam, remas-remas hingga garam terdistribusi dengan baik, diamkan selama 15 menit hingga pare tampak mengeluarkan air. Cuci bersih di air mengalir hingga buah tidak terasa asin lagi. Tiriskan.

Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bawang bombay, bawang merah dan bawang putih hingga harum dan transaparan. Tambahkan cabai rawit, jahe cincang, lengkuas dan daun salam, tumis hingga cabai layu. Masukkan saus tiram, aduk-aduk hingga saus menjadi harum, tambahkan pare. Aduk dan masak hingga pare setengah matang.

Masukkan udang, aduk rata. Tambahkan gula dan  garam, masak dengan api sedang hingga udang berubah warna dan pare matang. Cicipi rasanya dan angkat.

Sajikan tumis pare dengan nasi panas. Super yummy!

 

Sources:

  


Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/05/tumis-pedas-pare-udang.html
 
Sponsored Links