-->

Sabtu, 29 Agustus 2015


Selama ini saya selalu mengira bahwa saya tidak akan pernah kehilangan nafsu makan. Ketika ada teman yang mengeluh tiba-tiba appetite-nya akan makanan menghilang maka saya hanya terbengong, takjub, tak percaya dan langsung berkomentar, Kok bisa sih? Gimana caranya? Karena seumur-umur saya belum pernah mengalami 'fenomena' itu. Saya katakan fenomena karena bagi saya itu peristiwa yang luar biasa. Bahkan ketika saya sedang sakit pun (seperti beberapa minggu yang lalu saat terserang batuk parah), tetap saja nafsu makan saya tak berkurang sedikit pun. Mungkin doktrin yang diberikan alm. Bapak saya benar-benar manjur adanya, Kalau sakit tetap dipaksakan makan supaya cepat sembuh. Biaya berobat kan mahal dan jangan sampai tidak masuk sekolah. Nah kata-kata petuah itu terus terbawa sejak saya kecil hingga dewasa.

Tapi minggu kemarin akhirnya saya mengalaminya juga. Saya kehilangan nafsu makan! Huray! Ini bukan karena saya sedang menelan pil diet yang ampuh, atau karena tersiksa sakit gigi yang akut, tetapi karena selama empat hari berturut-turut saya harus memasak begitu banyak aneka makanan. Rumah Pete pun sejak pagi hingga senja selalu berbau aneka bumbu, berganti-ganti dari aroma kari, tumisan bawang, hingga aroma cabai digoreng yang merangsang hidung untuk bersin berkali-kali. Kepala menjadi pening, perut terasa eneg dan tak sedikit pun saya berkeinginan untuk menyantap makanan yang bergeletakan di meja. Sambil tepok jidat saya pun membatin, Masa sih saya harus estafet memasak puluhan makanan seperti ini supaya bisa mengalami kehilangan nafsu makan? Tobat!

Memasak estafet puluhan makanan ini bukan tanpa sebab. Kegiatan ini saya lakukan dalam rangka mempersiapkan buku ketiga yang kali ini berisikan resep yang jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Jika di buku-buku yang lalu banyak sekali resep yang saya ambil dari blog karena gambar yang telah tersedia, maka di buku ketiga ini hampir sembilan puluh persen adalah resep baru sehingga saya harus memasak ulang serta mengambil gambar step by step-nya. Karena dateline yang semakin mendekat dan masih banyak foto yang menjadi pe-er (pekerjaan rumah) yang harus segera disetorkan, maka hari Kamis minggu lalu saya pun mengambil cuti selama satu hari, plus Paskah yang jatuh pada hari Jumat maka empat hari libur yang panjang pun terbuka di depan mata. Pikir saya, cukup untuk membereskan semua resep.
Menyusun sebuah buku masakan sebenarnya bukan pekerjaan yang sulit, tentu saja jika anda bukan pekerja kantoran seperti saya yang hanya memiliki waktu luang di Sabtu dan Minggu saja, atau jika hanya pekerjaan memasak saja yang anda lakukan. Tapi ketika anda juga harus berperan sebagai photographer 'abal-abal' dan food stylish amatiran sekaligus, belum lagi kondisi dapur yang kurang terang cahayanya sehingga harus berjalan mondar-mandir dahulu ke teras untuk mengambil gambar (bahan apapun yang dimasukkan ke dalam wajan), maka pekerjaan membuat buku masakan tidak bisa dibilang enteng. ^_^

Di hari Minggu, ini adalah hari keempat dari libur panjang saya, sebanyak sembilan puluh tujuh masakan sudah berhasil saya eksekusi, dan masih ada tiga resep lagi yang menanti. Pukul lima sore, saya pun terkapar di sofa kehabisan energi, plus rasa bosan yang menjebak akan masakan, proses memasak dan bagaimana menghabiskan makanan ini. God! Saya bahkan tidak menggunakan empat hari libur ini untuk cuci mata ke mall atau nongkrong di cafe bersama Sintya, sahabat saya, sebagaimana yang biasa saya lakukan. Sintya pun seperti hilang ditelan bumi, mungkin bosan setiap kali mengirimkan pesan untuk mengajak bertemu selalu saja jawab dengan Sorry Sin, gue harus masak nih. Masih banyak resep yang belum dibuat.
Gothenberg in Winter - Photo courtesy of Said Z.
So many ducks, so little hunters ^_^ - Photo courtesy of Said Z.
Night in Gothenberg - Photo Courtesy of Said Z.

Perasaan bosan ini sedikit berkurang kala Said, teman saya yang sekarang sudah kembali ke Swedia, mengirimkan beberapa gambar kota Gothenberg di musim dingin melalui WhatsApp. Jika anda pembaca setia JTT maka anda mungkin cukup mengenal nama ini karena beberapa kali memang bersliweran di postingan-postingan saya yang lalu. Bahkan beberapa resep masakan Persia dari beliau telah menghiasi blog ini. Nah satu kegiatan yang kami sukai saat ini adalah saling mengirimkan gambar lokasi yang kami kunjungi. Saya dengan kemacetan Jakarta dan Said dengan taman-taman, danau dan seputar kota Gothenberg yang indah. Salah satunya seperti gambar yang saya tampilkan di atas, danau di tengah taman yang terletak di pusat kota. Sayangnya foto yang dikirim melalui WhatsApp memiliki resolusi yang rendah sehingga terlihat sedikit blur ketika saya coba hadirkan disini.  

Wokeh kembali ke tahu bakso spesial kali ini. Masakan ini saya buat karena walau dilanda 'hilang nafsu makan' bukan berarti saya lantas harus berpuasa seharian. Memasak cukup menguras energi dan makanan adalah solusi untuk mengembalikannya. Saat tidak ada satupun makanan yang terasa menarik, maka tahu bakso dengan kuah yang segar ini tetap mampu membuat saya menyuapkan sendok dengan semangat. Keluarga besar saya penggila tahu.... Dan bakso.... Serta tentu saja kolaborasi keduanya. Dan sejak adik saya, Tedy, menikah dengan Diar yang berdomisili di Ungaran maka tahu bakso khas Ungaran yang cukup terkenal, sepertinya menjadi makanan yang sering kami konsumsi dan stock di freezer.

Beberapa kali saya mencoba membuat tahu bakso sendiri namun sepertinya hasilnya kurang begitu mantap. Bahkan beberapa pembaca JTT melayangkan komplain ke saya karena menurut mereka, 'Mbak Endang, waduh rasanya kurang nendang. Kayak tahu bakso keliling, biasa ditempat saya orang menyebut bakso ojek!  So, ingin yang lebih nendang? Tentu saja kualitas bahannya harus lebih ditingkatkan, dan karena kita sedang berbicara mengenai bakso (walau berada di dalam tahu) maka daging sapi yang menjadi bahan utamanya harus mendominasi. Saya menggunakan resep bakso daging sapi yang sudah sering kali saya buat dan selalu sukses, kali ini adonan yang sudah dihaluskan hingga smooth saya jejalkan ke dalam sepotong tahu goreng. Tahu berisi adonan bakso ini lantas saya ceburkan ke dalam kuah panas yang telah dididihkan sebelumnya. Hasilnya tahu dengan isian bakso yang mantap dan tentu saja lezat. 


Bagi anda yang mungkin belum familier dengan chopper dan food processor maka ulasan berikut ini mungkin bisa sedikit mencerahkan hari anda. Terus terang saya banyak menggunakan kedua alat ini untuk membuat aneka bakso, nugget dan segala macam makanan yang menggunakan daging giling di dalamnya. Banyak sekali pembaca JTT yang menanyakan ke saya mengenai kedua fungsi alat ini dan apa perbedaannya dengan blender, sehingga saya sepertinya harus sedikit berbagi ke anda. Perlu saya tegaskan, jika saya menyebutkan satu merk maka bukan berarti saya mempromosikan merk tersebut, tetapi murni karena saya memang menggunakannya di rumah. 

Chopper dan food processor sebenarnya dua alat yang memiliki kesamaan, basic-nya mereka bisa kita gunakan untuk menghaluskan daging (ikan, ayam, sapi, seafood) hingga sangat smooth seperti saat kita memerlukannya untuk membuat bakso. Bedanya, chopper memiliki ukuran yang kecil dan melekat dengan blender (dalam kasus saya merupakan salah satu alat tambahan di blender Phillips dengan tipe HR 2939 untuk HR 2061 / 2071 / 2115 / 2116). Walau mungkin diluaran ada jenis chopper merk lainnya yang terpisah alias tidak melekat dengan blender. Fungsi chopper hanya mencincang, mencacah dan menghaluskan. Anda bisa menggunakannya untuk menghancurkan kacang-kacangan, dan bumbu, namun hasilnya tidak akan sehalus jika menggunakan blender.  


Food processor memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan chopper dan merupakan satu alat sendiri, tidak melekat pada mesin lainnya. Fungsinya lebih bervariasi, mulai dari mencacah, merajang, menghaluskan hingga bisa juga digunakan untuk menguleni adonan pie dan roti serta mengocok adonan cake. Dari segi harga tentu saja food processor lebih mahal dibanding chopper. Saya menggunakan merk Phillps untuk chopper dan food processor, dan telah saya pergunakan selama kurang lebih tiga tahun ini. So far tidak pernah bermasalah. Namun karena pengalaman saya akan kedua alat ini terbatas pada merk ini saja, maka saya kembalikan ke selera anda masing-masing jika tertarik dengan merk lainnya.

Lantas apa sih bedanya kedua alat di atas dengan blender, toh sama-sama bisa dipakai menghaluskan makanan? Well, apakah anda pernah mengalami blender terbakar ketika sedang menghaluskan daging? Belum? Nah saya sudah. Blender umumnya dirancang dan diperuntukkan untuk menghaluskan buah, sayur dan makanan yang mengandung air di dalamnya, atau dengan tambahan air agar bisa bekerja. Kecuali jika blender tersebut adalah jenis power blender seperti merk Mitzui yang juga saya miliki di rumah. Power blender ini memiliki pisau sangat tajam dan motor yang sangat kuat sehingga mampu menghaluskan daging hingga smooth tanpa perlu menambahkan air.   

Chopper

Tapi jika anda hanya memiliki blender biasa, maka saran saya jangan menggiling daging dengannya, karena selain mata pisau akan susah berputar, mesin pun menjadi mudah panas karena ekstra tenaga yang harus dikeluarkan untuk menghaluskan makanan tanpa air. Jika anda terus paksakan maka mesin bisa terbakar (seperti kasus saya) atau karet silinder di bagian bawah blender menjadi aus dengan cepat.  Anda mungkin bisa mengakalinya dengan menggunakan gelas blender dry mill yang biasanya menjadi satu paket dengan gelas blender yang besar. Namun seperti yang kita tahu, gelas dry mill berukuran kecil dan anda tidak bisa memasukkan daging ke dalamnya terlalu banyak. Terlalu penuh maka mata pisau tidak akan berputar. Tentu saja kasus ini tidak terjadi dengan chopper dan food processor, dengan kedua alat ini maka anda bisa dengan leluasa menghaluskan daging atau bahan-bahan makanan lain tanpa perlu menambahkan air, dan juga tanpa perlu khawatir mesin menjadi cepat panas kala bahan digiling.

Lantas manakah yang harus saya beli, chopper atau food processor kah? Itu mungkin yang menjadi pertanyaan anda. Jawaban saya adalah tergantung kebutuhan anda masing-masing. Jika anda telah memiliki blender Phillips dengan tipe yang saya sebutkan di atas, maka chopper mungkin pilihan bijaksana karena harganya yang lebih terjangku. Terus terang saya sendiri lebih suka menggunakan chopper karena lebih mudah digunakan dan tidak banyak alat-alat yang harus dipasang dibandingkan food processor yang lebih rumit. Tetapi jika anda sudah memiliki blender tipe lain di rumah, dan tidak mungkin menambah blender tipe baru demi mendapatkan si chopper, atau mungkin anda perlu alat yang lebih besar dan lebih banyak fungsi maka food processor tentu saja lebih disarankan. Jika dana tersedia maka tidak ada ruginya memiliki salah satu atau kedua alat ini karena dengannya anda bisa menciptakan banyak variasi makanan menarik, err... seperti tahu bakso?! Atau anda juga bisa lebih tenang memberikan daging cincang ke keluarga karena anda tahu kualitas daging seperti apa yang digunakan. 

Yuk, kita cus ke resep dan proses membuat tahu bakso spesial ini. 

Tahu Bakso Spesial

Bahan bakso:

- 300 gram daging sapi, pilih bagian paha dan tanpa lemak

- 2 kotak es batu (ice cube) ukuran 2 x 2 cm

- 1 butir putih telur

- 3 siung bawang putih, dihaluskan

- 3 siung bawang merah, dihaluskan

- 2 sendok teh baking powder

- 1 1/2 sendok teh garam

- 1/2 sendok teh gula pasir  

- 1/2 sendok teh merica putih bubuk
- 1 sendok makan minyak goreng

- 1 sendok makan tepung sagu atau tapioka

- 1 batang dan bawang, rajang kasar

Bahan lain:

- 10 kotak tahu putih, ukuran 4 x 4 cm, iris meyerong sehingga menjadi bentuk segitiga

- 1 1/2  liter kaldu ayam (rebus tulang belulang ayam dengan api kecil sehingga terbentuk kaldu)

- 6 siung bawang putih haluskan

- 2 sendok teh garam
- 1 batang daun bawang, rajang halus

Cara membuat:
Siapkan tahu putih, cuci dan rendam sebentar dalam air hangat yang telah diberi 1 sendok makan garam selama sekitar 15 menit. Tiriskan. Goreng tahu hingga matang dan permukaannya tampak kecoklatan dan kering. Sisihkan. 

Note: tahu harus cukup kering permukaannya agar membentuk kulit tahu yang keras, sehingga ketika adonan bakso dijejalkan maka tahu tidak pecah. 


Siapkan daging sapi, gunakan daging yang masih fresh, merah, berdarah dan sebaiknya bukan yang baru saja anda keluarkan dari freezer. Belilah daging sapi di pasar tradisional yang anda tahu sekali bahwa daging tersebut berasal dari sapi yang baru di sembelih. Jika anda sedikit khawatir dengan darah di daging, anda bisa mencucinya sebentar dalam waktu cepat, dan segera tiriskan. 

Potong-potong daging menjadi ukuran kecil sekitar 2 x 2 cm, masukkan ke dalam chopper atau food processor. Tambahkan semua bahan lainnya kecuali daun bawang, proses hingga smooth. Matikan chopper beberapa kali agar mesin sedikit beristirahat dan tidak terlalu panas. Kemudian giling kembali. 

Proses hingga daging sangat smooth, seperti pasta, kompak dan tidak terlihat serat-serat daging di dalamnya. Jika belum tercapai kondisi seperti itu lanjutkan menggiling, namun hati-hati jangan terlalu berlebihan karena bagian chopper bisa sangat panas sehingga akan membuat daging menjadi matang dan adonan kurang elastis ketika direbus. 

Jika sudah tercapai kondisi seperti itu, masukkan daun bawang dan proses sebentar hingga daun hancur. Hentikan proses. Tungkan adonan ke mangkuk besar, ambil adonan dengan telapak tangan dan bantingkan tiga atau empat kali di mangkuk. Tujuannya agar serat-serat daging benar-benar menyatu.

Ambil sepotong tahu, iris bagian sisi yang paling lebar, jejalkan adonan bakso ke dalam tahu dengan menggunakan jari tangan. Tidak perlu mengeluarkan isi tahu. Tekan dan jejalkan hingga bagian dalam tahu penuh terisi adonan bakso, biarkan sebagian isi tampak keluar, smooth-kan permukaannya agar adonan menempel dengan baik di permukaan tahu. 

Lakukan pada semua tahu dan adonan. 

Merebus tahu bakso
Siapkan panci, masukkan kaldu ayam, bawang putih, garam. Rebus hingga mendidih. Matikan api kompor. Masukkan tahu bakso ke dalamnya. Biarkan hingga mengapung.  


Ketika tahu bakso tekah mengapung, hidupkan api kompor. Rebus tahu bakso dengan api kecil hingga matang, tandanya ketika dibelah maka bagian dalam bakso tidak berwarna pink lagi. Sajikan dengan taburan daun bawang dan bawang goreng di permukaanya. 

Anda bisa menyajikannya bersama kuah atau tanpa kuah dengan cabai rawit sebagai pendamping tahu bakso. Super yummy!

Source : http://www.justtryandtaste.com/2015/04/tahu-bakso-spesial.html
 
Sponsored Links