-->

Sabtu, 16 Januari 2016


Demam OCD melanda, yang ini bukan Obsessive-Compulsive Dissorder tetapi Obsessive Corbuzier's Diet. Bukan saja di televisi ramai membicarakan mengenai diet a la Deddy Corbuzier ini tetapi di kantor saya pun demikian. Nah, saya pun harus mengakui bahwa saya adalah salah satu yang terkena demamnya. Sudah satu bulan ini saya menjalankannya dan lumayan juga, sekitar 4 kilo lemak (atau air?) hilang dari tubuh saya, membuat saya berjingkrak girang kala jarum timbangan mulai menunjukkan angka di bawah 60 kg. Sejak usia merangkak naik (selalu faktor usia disalahkan!) berat saya tidak pernah beranjak dari angka 60-an, paling sering bertengger di angka 65 kg dan itu sudah termasuk kategori overweight kalau dilihat dari Body Mass Index (BMI). 

Melihat tubuh saya yang 'sedikit' mengecil, teman-teman di kantor pun menjadi ribut dan mulai menerapkan OCD juga. Awalnya tidak mudah, apalagi bagi saya yang selalu rutin sarapan, peminum coklat susu di pagi hari dan ngemil di malam hari. Satu minggu pertama kepala terasa berdenyut dan otak saya hanya penuh dengan aneka makanan yang akan saya sikat di siang hari. Tapi setelah seminggu terlewati dan merasa celana yang dulu sesak mulai terasa sedikit longgar, semangat pun tumbuh dan proses dilalui dengan mudah. Tiga minggu lewat mulailah saya rajin update foto profile di WhatsApp dan meminta Wiwin dan Tedy, dua adik saya yang juga overweight untuk melihat tampilan saya saat ini sambil dengan pe-de melancarkan motivasi. Mereka pun menjadi heboh dan meminta saya mengirimkan e-book OCD yang bisa di-download gratis di internet. Setelah satu minggu e-book saya kirimkan, saya pun iseng telp ke Wiwin, Gimana progressnya? Turun berapa kilo? tanya saya penasaran. Huaa, aku nggak sanggup! Berat! Tiap hari lihat tahu goreng di meja aku sikat dan kepalaku cuman penuh dengan tahu goreng dan cabai rawit. Enak banget!. Untuk memulai program diet apapun memang nomor satu yang kita perlukan hanyalah niat. ^_^



Walau Deddy mengatakan boleh makan apa saja namun tetap saja kalori harus terkontrol. Nah kalori yang saya butuhkan setiap hari kalau dihitung dari BMR (Basal Metabolic Rate) hanyalah sekitar 1200 kalori. Jadi saya berusaha mengeliminir makanan berat berkalori tinggi dan berusaha lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah yang memiliki kalori lebih rendah sehingga saya bisa menyantapnya banyak-banyak hingga puas. Kulkas saya yang dulu selalu berisi mentega dan aneka bahan kue, sekarang lebih sehat dan berwarna-warni dengan hadirnya macam ragam sayur dan buah yang saya stok banyak disana. Tapi jangan khawatir, urusan trial membuat kue tetap jalan, dan thanks untuk rekan-rekan kantor yang selalu kelaparan dan bersedia menerima hasil trial dalam bentuk apapun. 

Nah untuk urusan pola makan saya bisa sesuaikan dengan mudah tapi semuanya harus juga diimbangi dengan olah raga agar tubuh lebih kencang dan singset. Saya lantas kembali menjalankan program jalan kaki yang dulu pernah saya lakukan setiap hari, berjalan dari kantor hingga stasiun Trans Jakarta di jalan Sudirman saat pulang kantor. Diperlukan 30 menit berjalan cepat untuk sampai kesana, dan 30 menit senam di kamar mengikuti video yang banyak bertebaran di internet dan saya harapkan exercise yang saya lakukan cukup untuk membakar kalori berlebihan di badan. Yah kita lihat saja nanti perkembangannya saudara-saudara, apakah saya akan terus lanjut atau 'klenger'.


Kembali ke cookies yang kali ini saya posting, ini saya buat untuk menunjang aktifitas 'ngemil' yang susah sekali hilang dalam hidup saya. Setelah makan siang, saya masih punya 'jendela makan' hingga pukul 6 sore. Nah biasanya jam-jam inilah saya tergoda untuk mengunyah makanan kecil yang kemungkinan besar tinggi kalori dan tidak sehat. Saya masih punya rolled oat di kulkas dan aneka buah kering dan almond, jadi dengan sedikit aksi cemplang-cemplung minggu lalu maka kue ini pun tercipta. Saya sudah sering sekali membuat kue kering sejenis, jika penasaran maka anda bisa melihatnya di daftar kue kering yang ada di JTT, hanya saja kali ini saya membuatnya tanpa campuran tepung terigu sama sekali dan tanpa mentega/margarine. Salah satu kendala membuat kue kering seperti ini adalah teksturnya yang tidak garing, alias cenderung chewy. Nah untuk itu saya punya tipsnya agar oatmeal cookies ini lebih garing dan bergemertak saat dikunyah. Bentuk adonan tipis-tipis saja, tekan bola adonan dengan ujung jari agar menjadi lebar dan pipih. Panggang dengan waktu lebih lama, ketika warna permukaan kue terlihat kecoklatan jangan buru-buru panik untuk dikeluarkan dari dalam oven, panggang hingga berubah menjadi coklat tua. Ketika kue masih panas teksturnya akan lembek namun ketika mendingin kue akan menjadi keras. Masukkan kue dalam wadah tertutup dan simpan di kulkas, saya bahkan memasukkannya ke freezer dan kue renyah dengan sukses. 

Jika anda tidak memiliki rolled oats atau oatmeal utuh (oat utuh lebih kaya serat dan lebih lambat dicerna di dalam perut sehingga memberi efek kenyang lebih lama dibandingkan oat instan), anda bisa menggantinya dengan oat instan atau quick cooking oats. Kurangi takaran gulanya jika anda merasa peanut butter yang digunakan sudah cukup manis. Terus terang ketika memasukkan gula ke adonan, ide memasukkan peanut butter belum terlintas di benak saya, namun karena homemade peanut butter ini sudah terlalu lama di kulkas akhirnya saya masukkan juga ke adonan dan yey, hasilnya yummy! Secara garis besar, prosesnya super duper mudah. Hanya cemplung, aduk, cetak sebentar di loyang - karena ini drop cookies anda tidak perlu terlalu memperhatikan estetika dan keindahan - dan panggang. Kue lezat dan lebih sehat ini siap anda santap di jam ngemil anda, tentu saja dalam jumlah yang terkontrol ya. 

Berikut prosesnya.
   
Gluten Free Oatmeal, Choco Chips, Almond & Raisin Cookies

Resep hasil modifikasi sendiri

Untuk sekitar 36 buah cookies

- 3 butir telur

- 60 gram gula palem bubuk

- 1 sendok teh kayu manis bubuk

- 1/2 sendok teh garam

- 100 ml minyak canola, bisa menggunakan minyak sayur lainnya

- 200 gram peanut butter. Tertarik homemade-nya? Klik disini. [1]

- 2 sendok teh vanilla ekstrak

- 100 gram almond di cincang kasar, bisa diganti kacang-kacangan lainnya

- 120 gram choco chips

- 100 gram kismis, cincang kasar

- 250 gram oatmeal utuh/rolled oat, bisa diganti dengan oat instan/quick cooking oats

- 50 gram tepung maizena

Cara membuat:

Siapkan mangkuk, masukkan telur, kocok lepas dengan spatula balon. Masukkan gula, kayu manis bubuk, garam, minyak canola, peanut butter dan vanila ekstrak. Aduk hingga rata. 

Masukkan almond, kismis, choco chips, oatmeal, dan tepung maizena, aduk dengan spatula hingga tercampur dengan baik. Masukkan ke kulkas (chiller) selama 30 menit agar cukup keras dan mudah dibentuk. 

Siapkan oven, set disuhu 170'C. Letakkan rak pemanggang di tengah oven, jika oven anda rendah letakkan di bagian bawah. Siapkan loyang datar, alasi dengan kertas baking. Sisihkan. 

Keluarkan adonan dari kulkas, ambil 1 sendok makan adonan dan jatuhkan ke loyang. Menggunakan jari yang dibasahkan dengan air, bentuk adonan menjadi bulat pipih dengan diameter sekitar 3 cm atau terserah anda. Lakukan pada adonan lainnya, tidak perlu memberi jarak yang terlalu berjauhan antar kue karena kue tidak akan mengembang. 

Panggang selama 30 menit dengan api atas bawah, hingga kue terlihat kecoklatan permukaannya. Makin kecoklatan kue maka akan semakin garing ketika telah dingin. Keluarkan dari oven, biarkan dingin di rak kawat. 

Jika kue telah dingin, masukkan ke wadah (stoples atau tupperware). Kue ini bukan jenis crispy, teksturnya agak chewy namun saya suka menyimpannya di dalam kulkas membuat kue menjadi keras dan garing (hampir crispy). Yummy!

References

  1. ^ disini.  (www.justtryandtaste.com)

Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/10/gluten-free-oatmeal-choco-chips-almond.html
 
Sponsored Links