-->

Kamis, 21 Januari 2016


Sekitar tiga tahun yang lalu, saat itu saya dan adik saya Tedy sedang asyik berselancar ria di internet di hadapan laptop masing-masing - saya sibuk memelototi aneka resep sedangkan Tedy heboh dengan game online-nya. Seperti biasa, jika membaca sebuah resep atau produk apapun yang ditawarkan di internet maka saya pasti selalu membaca komentar pembaca atau reviewer yang menyertainya. Menurut saya, komentar pembaca cukup penting untuk disimak karena mereka biasanya telah mencoba resep yang ditampilkan.  

Sebuah foto yang menampilkan cupcake cantik dan terlihat menggugah selera membuat saya mengarahkan mouse dan mengklik artikel yang ditampilkan. Tidak ada resep yang menyertainya, si pemilik blog hanya menuliskan hasil eksperimen dia membuat cupcake. Saya telusuri tulisan ke bawah dan menemukan sebuah pertanyaan, Halo, apakah saya bisa mendapatkan resep cupcake yang ditampilkan. Kelihatannya lezat sekali. Pertanyaan yang sopan, baik, dengan harapan mendapatkan sedikit sharing tentang sepenggal resep cupcake. Jawaban yang diberikan cukup membuat saya menggeleng-gelengkan kepala. Cari saja di internet, banyak kok.


Mungkin saya membuka blog atau web yang salah, namun saya banyak menemukan blog atau web berbahasa Indonesia yang membahas tentang makanan atau resep masakan namun sangat pelit dengan informasi yang diberikan, banyak yang tidak membalas pertanyaan yang masuk serta kemungkinan juga konten yang hasil mencuri dari blog orang lain. Saya bandingkan dengan blog dari luar dan menemukan betapa bersahabatnya mereka, mencoba membantu dengan setulus hati dan sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Bagi saya tidak ada yang salah dengan berbagi, dan tidak ada yang salah jika kita bersama-sama menjadi lebih baik karena suatu saat mungkin kita yang memerlukan bantuan orang lain. 

Sejak itu, dengan dorongan Tedy, saya pun membuat Just Try & Taste. Saya tidak pernah membuat blog sebelumnya, tidak tahu caranya bagaimana, tapi banyak jutaan blog di luar sana yang berbaik hati menawarkan ilmunya untuk memberanikan saya melangkah perlahan. Dua hari, Sabtu dan Minggu, saya habiskan di depan laptop hingga jam dua malam setiap harinya untuk membuat blog yang saya dedikasikan bagi mereka yang baru belajar memasak, pemula seperti saya dimana kita mungkin bisa berbagi, satu dua tips, ratusan resep dan sharing yang saya harapkan membuat kita bisa maju bersama-sama. 


Berbagi memang indah! Namun kemudian timbul pula masalah lainnya. Saya banyak menemukan blog atau web yang mencomot artikel saya seenak jidatnya tanpa mencantumkan sumber dan memberikan back link ke JTT. Seperti tadi malam, tanpa sengaja saya 'nyasar' ke sebuah web bernama 'belajar masak', menampilan artikel baking powder double acting dan baking soda, isi dan gambarnya jelas-jelas mencomot dari artikel saya tentang baking powder, semua sumber artikel yang saya gunakan dicantumkan tapi tidak sepotong pun menyertakan informasi bahwa si pemilik mentah-mentah meng-copy paste dari JTT. Apakah dia pikir tulisan itu bisa hadir langsung tanpa disusun dengan baik dari semua sumber?! Saya emosi? Ya, wajar. Pelajaran seperti apakah yang akan diberikan jika konten yang diberikan hasil mencuri? Mengapa tidak sekalian saja menulis artikel bagaimana mencuri konten dari orang lain dan merubah judul blog menjadi 'belajar mencuri konten'? Apakah begitu sulitnya menghargai karya orang lain jika kita merasa karya tersebut bermanfaat?

Ah pagi hari saya sudah dimulai dengan 'ngedumel' yang ujungnya membuat hati saya jengkel sendiri ^_^. Kembali ke brownies yang saya posting hari ini. Ini merupakan eksperimen saya untuk lebih memperkaya resep gluten free di JTT. Sebagai informasi, saya memiliki keponakan super lucu bernama Ellan yang alergi dengan gluten dan casein. Putra pertama kakak saya ini, harus menjalani diet ketat dan mengeliminir semua makanan mengandung gluten (tepung terigu), produk dairy (karena mengandung casein), telur, produk dari kedelai serta buah-buahan. Sebagai gantinya, Ellan harus mengkonsumsi susu beras, susu kentang, sayuran dan protein hewani organik, bahkan gula pun menggunakan gula pengganti. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan 'tugas' dari Wulan, kakak saya, untuk membuatkan Ellan kue-kue kering. Kue gluten free di pasaran terbatas jenisnya dan membuat Ellan cepat bosan, selain itu harganya sangat mahal! Kue pun berakhir dengan sukses, satu kardus besar cookies saya kirimkan ke Batam dan laporan dari kakak saya, Ellan suka banget! Dia makan banyak. 

Lantas mengapa resepnya belum ditampilkan? Itu mungkin menjadi pertanyaan anda. Jawabannya bukan karena saya enggan berbagi, karena saya yakin pasti banyak orang tua di luar sana yang mengalami masalah seperti kakak saya dan memerlukan makanan alternatif yang aman buat buah hati mereka, tetapi karena saya menggunakan tepung gluten free mixed yang telah dibeli oleh Wulan. Dari komposisi di bungkusnya saya tahu tepung ini terbuat dari sagu+tapioka+maizena+beras, nah yang menjadi masalah berapa persentase masing-masing tepung ini lah yang saya sampai sekarang masih berusaha mencarinya. Karena itu bagi pembaca di luar sana yang mungkin pernah bereksperimen membuat tepung gluten free mixed sendiri dan hasilnya terbukti oke, mungkin hasil eksperimen tersebut bisa anda sharing disini. Saya tidak bisa memberikan imbalan apa-apa, tapi saya yakin kemurahan hati anda pasti akan mendapatkan balasan setimpal dari Yang Kuasa. 

Nah untuk membuat brownies ini sangat mudah. Anda memerlukan kacang merah yang sudah direbus hingga super empuk (panci tekanan tinggi amat sangat membantu pekerjaan ini), dan tepung oatmeal. Untuk membuat tepung oatmeal anda bisa menghaluskan oatmeal - saya menggunakan oat utuh atau rolled oat, namun anda bisa menggantinya dengan jenis quick cooking oat - menggunakan blender dry mill yang biasa digunakan untuk menghaluskan biji-bijian. Saya menghaluskan oatmeal menggunakan coffee grinder andalan. Tidak perlu hingga menjadi sangat halus, satu dua serpihan kasar biarkan saja. Semua bahan lainnya lantas dimasukkan ke dalam food processor dan proses hingga halus. Adonan yang terbentuk sangat pekat. Jika anda tidak memiliki food processor anda bisa menghaluskan kacang merah dengan menekan-nekannya di sebuah saringan kawat menggunakan sendok. Kacang yang telah halus akan keluar dari lubang-lubang saringan dan semua bahan cukup anda aduk di dalam mangkuk hingga menjadi adonan yang rata.

Sebagaimana brownies lainnya, maka yang ini pun memiliki tekstur padat, tidak bantat, agak remah karena tidak mengandung telur, namun terasa sangat lezat. Bahkan teman saya Ani, yang tidak suka kacang merah, berkomentar brownies ini sangat lezat dan kacang merahnya tidak terasa karena tertutupi oleh rasa coklat yang nendang.  

Tips: Jika anda merebus kacang merah dalam jumlah banyak, simpan sebagian dalam wadah tertutup di freezer dan bekukan. Sebagai info, kacang merah yang saya gunakan merupakan kacang merah rebus beku yang telah mendekam di freezer lebih dari 3 bulan lamanya. ^_^

Penting: 
Jika putra atau putri anda alergi dengan oatmeal, skip oatmealnya dan ganti dengan tepung beras dan jika alergi dengan susu mungkin sebaiknya anda tidak menggunakan choco chips sebagai salah satu bahannya karena sebagian besar choco chips yang beredar di pasaran mengandung susu.

Berikut ini proses dan resepnya ya.


Brownies Kacang Merah

- 500 gram kacang merah yang telah direbus hingga lunak

- 4 sendok makan coklat bubuk, gunakan yang kualitasnya baik

- 100 gram oatmeal instan/quick cooking oats (saya menggunakan rolled oat), haluskan dengan blender atau coffee grinder.

- 1/2 sendok teh garam

- 50 gram gula palem bubuk
- 80 gr gula pasir

- 80 gram minyak canola atau minyak sayur biasa

- 4 sendok teh vanilla ekstrak

- 1 sendok teh baking powder

- 115 gram choco chips + 2 sendok makan untuk taburan

Cara membuat:


Siapkan oven, set disuhu 170'C. Set api atas bawah dan letakkan rak pemanggang di tengah jika oven anda tinggi, jika rendah seperti oven listrik saya gunakan rak bawah. Siapkan loyang ukuran 20 x 20 cm, alasi permukaannya dengan kertas baking. Sisihkan.

Siapkan mangkuk food processor, masukkan semua bahan kecuali choco chips. Proses hingga hancur. Anda bisa menghaluskan kacang merah secara terpisah dan mencampurkan semua bahan di mangkuk dan aduk dengan spatula.  Hasil terbaik adalah jika anda menggunakan food processor atau chopper yang menjadi perangkat tambahan di blender. 

Tuangkan di mangkuk, masukkan choco chips, aduk rata. Tuangkan adonan di loyang yang telah disiapkan. Ratakan permukaannya hingga smooth. Taburkan choco chips di permukaan adonan.

Panggang selama 45 menit atau hingga ketika lidi ditusukkan di tengah adonan tidak ada adonan yang melekat. Keluarkan dari oven dan angin-anginkan hingga uap panasnya hilang. Keluarkan dari loyang, diamkan hingga benar-benar dingin. Saya membuatnya di malam hari dan baru saya potong esok paginya. Ini untuk memastikan kue padat dan tidak hancur saat dipotong.

Potong-potong kue sesuai selera. Siap disajikan. Yummy!


Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/10/brownies-kacang-merah-tanpa-telur-tanpa.html
 
Sponsored Links