-->

Minggu, 03 April 2016


Jika berbicara mengenai opor maka saya pasti langsung teringat dengan Lebaran di kampung halaman dan Ibu saya tentunya! Beliau adalah tokoh utama dibalik pembuatan opor ayam yang sampai sekarang menurut saya merupakan opor terlezat yang pernah saya santap. Kuahnya kental dengan cita rasa rempah-rempah yang kaya membuat saya mampu menyantapnya berulangkali dalam satu kali kesempatan saja. Untuk menemani nasi hangat mantap, untuk dikudap bersama lontong dan ketupat pun nendang. Ahh, air liur saya kontan menetes membayangkannya. Selain rasanya yang kaya, Ibu saya juga selalu menggunakan ayam kampung untuk membuat opor, tentu saja faktor bahan baku utama ini mampu membuat rasanya semakin gurih. 

Walau bumbu opor ayam a la Ibu saya tergolong ribet karena banyaknya pernak-pernik rempah yang digunakan namun semua kerepotan itu akan terbayar saat anda menyantapnya. Terutama jika anda ingin menyajikan hidangan yang istimewa kala Lebaran tiba atau ketika ada acara spesial di rumah, seperti yang dilakukan adik saya Wiwin, beberapa waktu yang lalu saat menjamu Ibu-Ibu teman sekelas keponakan saya Fatih. Lontong ayam opor yang dihidangkan di meja habis diserbu dan dibungkus untuk dibawa pulang. 


Untuk opor ayam kali ini saya tidak menggunakan ayam kampung melainkan ayam potong ukuran jumbo yang baru saja saya temukan di Pasar Blok A. Secara tidak sengaja, beberapa waktu yang lalu  saat saya iseng naik ke lantai satu di pasar, saya melihat ada satu penjual yang menjajakan ayam potong yang berbeda dari biasanya. Ukurannya 3 kali lipat dari ayam potong normal. Walau si penjual tampak jengkel, tetap saja saya berulangkali menanyakan dengan nada takjub, Ini benar-benar ayam kan Pak? Saya cuek saja ketika si Bapak menjawab, Ya ayam lah Mbak, masa kambing?. ^_^

Ayam ukuran jumbo ini ternyata banyak peminatnya juga, menurut penjelasan si Bapak, pembelinya kebanyakan adalah penjual soto karena rasa dagingnya yang lebih gurih. Walau harganya memang jauh lebih mahal dari ayam biasa, namun tak urung saya menjadi penasaran juga. Berhubung saat itu keponakan saya yang pertama sedang berulang tahun maka sayapun berencana untuk menghidangkan masakan ini dan red velvet cake[1] sebagai cake ultahnya. Nah, ayam dengan ukuran raksasa ini tentunya bisa menjadi sepanci besar opor yang bisa disantap oleh orang serumah dengan puas.  


Berbeda dengan ayam potong biasa, ayam ini dagingnya lebih keras dan alot serta memiliki kandungan lemak yang lebih banyak. Memasaknya di panci pressure cooker merupakan pilihan yang paling tepat jika anda tidak ingin merebusnya selama 2 jam di panci biasa. Saya merebusnya bersama bumbu-bumbu selama 20 menit di panci pressure dan  ayam pun empuk dengan sukses,  bumbunya pun meresap hingga ke dalam dagingnya yang tebal.  Setelah ayam empuk, baru santan setengah kental saya tuangkan ke dalam rebusan ayam dan semua bahan lantas dimasak hingga mendidih dan  matang. 

Untuk bumbu opor ayam sendiri ada yang lebih suka opor ayam putih dimana bumbu yang digunakan minus cabai merah, saya sendiri lebih suka opor ayam dengan tambahan cabai merah di bumbunya sehingga kuahnya menjadi lebih menyala warnanya. Skip saja penggunaan cabai merah jika anda menginginkan kuah yang berwarna putih.  

Berikut resepnya ya.


Opor Ayam a la My Mom

Resep dari Ibu saya

Bahan:

- 1 ekor ayam, potong menjadi 8 bagian + 2 sendok teh garam + air perasan air jeruk nipis dari 1 butir jeruk, diamkan 15 menit dan cuci bersih.

- 500 ml santan sedang dari 1 butir kelapa

- 500 ml air

Bumbu dihaluskan:

- 1 sendok makan ketumbar, sangrai

- 5 butir kemiri, sangrai  

- 1/2 sendok teh merica bubuk

- 1/2 butir pala

- 6 butir bawang merah

- 4 butir bawang putih

- 3 cm jahe

- 2 cm kunyit

- 1/4 sendok teh jintan 

- 3 buah cabai merah besar, buang bijinya 

- minyak untuk menumis 

Bumbu lainnya:

- 5 lembar daun jeruk

- 5 lembar daun salam

- 2 ruas besar lengkuas, memarkan

- 2 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan

- 1 batang kayu manis

- 2 buah kembang lawang

- 2 butir kapulaga

- 5 butir cengkeh

- 1 sendok teh kaldu bubuk

- 1 1/2 sendok teh garam

- 2 sendok makan gula merah, sisir

- 2 sendok makan air asam jawa

Pelengkap:

- bawang goreng yang banyak untuk taburan


Cara membuat:

Siapkan wajan, panaskan 3 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus hingga harum dan berubah warna menjadi gelap dan tidak pucat lagi. Tambahkan daun jeruk, daun salam, lengkuas, serai, kayu manis, kembang lawang, kapulaga dan cengkeh. Aduk hingga daun rempah menjadi layu. 

Masukkan ayam, aduk hingga rata. Jika anda menggunakan ayam kampung atau ayam potong besar seperti yang saya gunakan maka saran saya adalah dengan menggunakan panci pressure cooker. 

Masukkan ayam berbumbu ke dalam panci pressure cooker. Tambahkan 500 ml air. Tutup panci hingga rapat sesuai dengan instruksi yang diberikan di panci anda. Masak dengan api besar hingga keluar suara desisan. Kecilkan api dan masak selama 20 menit. Matikan api kompor. Diamkan panci hingga tidak ada suara gas yang keluar sama sekali, buka panci. 

Jika anda menggunakan panci biasa, maka cukup tuangkan air ke dalam wajan berisi ayam berbumbu dan masak hingga daging ayam empuk. 

Tuangkan santan ke dalam panci/wajan berisi ayam yang telah empuk. Masukkan kaldu bubuk, gula, garam dan air asam jawa. Masak dengan api sedang sambil diaduk-aduk hingga santan mendidih dan keluar minyaknya. Santan yang kurang dimasak tidak akan mengeluarkan bau harum yang khas. Jika kuah kurang tambahkan air sesuai yang diinginkan.

Cicipi rasanya dan angkat. Tuangkan opor ke dalam mangkuk saji, taburi dengan bawang goreng banyak-banyak. Santap dengan ketupat, lontong atau nasi hangat. Yummy!

References

  1. ^ red velvet cake (www.justtryandtaste.com)

Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/04/opor-ayam-la-my-mom-best-ever-opor-ayam.html
 
Sponsored Links