-->

Selasa, 16 Februari 2016


Menyantap tumis kerang dengan rasa asam, pedas dan manis ini selalu membuat saya teringat dengan masa belasan tahun yang lalu kala tinggal selama tiga bulan lamanya di Malang. Kota sejuk ini memang menjadi tujuan utama bagi para siswa yang baru lulus dari daerah Jawa Timur seperti saya, untuk melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi. Selama tiga bulan saya menghabiskan waktu dengan mengikuti bimbingan belajar dan tinggal di sebuah kamar kos berukuran 2 x 2 meter. Pemilik kos adalah sepasang suami istri baik hati yang sudah cukup uzur usianya. Uang saku yang pas-pasan dan biaya bimbingan yang mahal bagi kemampuan kedua orang tua saya, membuat saya harus ekstra keras mengatur uang makan yang minim setiap hari kala itu.

Nah urusan makan ini selalu membuat saya pusing tujuh keliling. Malang, bagi saya waktu itu, termasuk kota yang mahal. Terkenal dengan bakso Malangnya bukan berarti saya lantas banyak mencicipi makanan berkuah yang sedap ini, karena bakso Malang walau dijual oleh pedagang gerobak sekalipun tetap saja harganya menguras kocek. Alih-alih bakso maka saya lebih suka makan di warteg di dekat kos yang mudah dijangkau, walau sedikit mahal karena lokasinya yang strategis. 

Terkendala dengan perasaan takut dan tidak adanya teman yang menemani membutuhkan waktu satu bulan lamanya bagi saya untuk menemukan warteg lainnya yang lebih menjanjikan. Jaraknya cukup jauh dari kos dan selalu ramai oleh anak kuliahan, tetapi warung yang satu ini memang super recommended, karena murah, banyak menu pilihannya dan sedap rasanya! Nah satu menunya yang selalu, dan selalu saya pesan adalah tumis kerang yang terasa asam, pedas dan manis. Hanya berlaukkan sejumput tumisan kerang dan segunung nasi panas telah membuat makan siang saya terasa nikmat waktu itu. ^_^ 

Hamper dari kecap Bango

Sejujurnya, tiga bulan di Malang ini juga merupakan pengalaman pertama saya tinggal jauh dari orang tua. Berbeda dengan kakak dan adik saya, Wulan, Wiwin dan Tedy yang sudah 'ngekos' sejak SMA, maka saya termasuk yang paling betah 'ngendon' di rumah. Setiap kali membayangkan hendak berpisah jauh dari orang tua, terutama Ibu, terasa berat rasanya. Hari-hari pertama saya di Malang banyak dilalui dengan perasaan 'homesick' dan leleran air mata jika teringat dengan keluarga di rumah, sehingga fokus belajar pun menjadi berkurang. Mungkin karena itulah yang membuat kenangan saya akan kota ini tidak terlalu terpatri kuat di dalam ingatan. Semua terasa berkabut dan blur, hanya otak foodie saya saja yang sepertinya masih tetap bekerja dengan baik karena satu-satunya kenangan yang terekam kuat adalah tumis kerang di warteg tersebut! 

Resep kerang ini juga merupakan resep yang saya praktekkan ketika pertama kali mencoba memasak kerang. Di Tanjung Pinang, kerang, gonggong dan jenis hewan bivalvia lainnya seperti  ini merupakan makanan sehari-hari, namun biasanya Ibu saya hanya merebusnya sebentar bersama sedikit rempah segar dan kami menyantapnya beramai-ramai dalam celupan saus yang pedas, asam dan manis. Di Paron, kami tidak pernah sekalipun mencicipi makanan dari jenis hewan laut apapun, selain langkanya penjual yang menjajakannya, juga harganya pasti luar biasa mahal. Namun ketika saya kuliah di Jogya, kerang cukup mudah ditemukan di pasar dan swalayan disana, sehingga saat hari libur dimana anak-anak kos sibuk menceburkan diri di dapur untuk mengasah skill memasak maka resep ini sering saya eksekusi dan tak pernah gagal kehilangan penggemar.


Kerang merupakan salah satu seafood favorit saya, namun terus terang jarang saya konsumsi karena alasan kesehatan. Kerang biasanya sering dikaitkan dengan kandungan mercury dan logam berat berbahaya lainnya. Ketika kerang hidup di air yang mengandung polusi maka hewan laut ini memiliki tendensi untuk menumpukkan material seperti logam berat dan polutan organik yang bertahan di dalam jaringannya. Ini disebabkan kerang menelan bahan kimia saat makan namun sistem enzym mereka tidak mampu untuk melakukan metabolisme bahan-bahan kimia tersebut, dan sebagai hasilnya adalah kandungan bahan kimia yang semakin menumpuk di tubuh kerang. Kondisi ini tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan si kerang, dan juga bagi manusia yang mengkonsumsinya. Karena kemampuan tersebut maka biasanya hewan moluska seperti kerang sering digunakan untuk memonitor kandungan dan tingkat polutan di suatu lingkungan perairan. Nah untuk lebih tahu mengenai efek logam berat bagi kesehatan, anda m ungkin bisa membaca artikel saya di Pepes Ikan Mas dan Info Penting Seputar Ikan yang Perlu Anda Ketahui.[1]

Untuk meminimalisir efek kandungan logam berat dan bahan kimia berbahaya di dalam kerang maka pastikan kerang yang anda konsumsi berasal dari perairan yang tidak tercemar. Walau tentunya agak sulit juga bagi kita menenentukan apakah kerang yang dijual di pasaran berasal dari perairan yang aman atau tidak, jadi langkah paling mudah adalah dengan mengurangi untuk mengkonsumsinya secara berlebihan.


Nah untuk resep tumis kerang asam, pedas, manis yang kali ini saya hadirkan sebenarnya juga merupakan salah satu resep tumisan yang saya tampilkan di buku kedua saya, Masakan Rumahan - 30 Resep Tumis, Goreng, Kuah. Resep ini sekaligus juga sebagai sarana untuk memberdayakan kecap Bango yang melimpah di rumah Pete. Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan hamper dari kecap Bango yang berisikan paket aneka kecap, dan beberapa item lainnya seperti jam dinding dan celemek dari Mba Alita, Digital Agency Kecap Bango. Hamper ini diberikan sebagai ucapan terima kasih karena kecap Bango menggunakan salah satu gambar di JTT untuk ditampilkan pada media sosial mereka.  Well, saya tidak keberatan jika gambar di JTT hendak digunakan untuk keperluan promosi dan sejenisnya, tentu saja selama mencantumkan link dan sumber gambar. Pada kasus kecap Bango, saya sangat mengapresiasi sikap profesional mereka dengan mengajukan permohonan ijin di email. Apalagi kemudian diikuti dengan hamper Bango yang tentunya akan bermanfaat bagi dapur saya. Thanks Bango! ^_^

Berikut resep dan prosesnya ya.

Tumis Kerang Asam, Pedas, Manis

Bahan & bumbu:

- 2 sendok makan minyak untuk menggoreng

- 5 siung bawang merah, iris tipis 

- 4 siung bawang putih, iris tipis 
- 5 buah cabai merah keriting, iris serong tipis
- 5 buah cabai rawit merah, iris serong tipis
- 2 ruas jari jahe, pipihkan

- 1 sendok makan saus tiram

- 2 - 3 sendok makan kecap manis

- 1 sendok makan gula Jawa disisir halus

- 1/2 sendok makan gula pasir

- 3 lembar daun salam

- 3 lembar daun jeruk
- 350 gram kerang darah kupas
- 3 sendok makan air asam Jawa

- 250 ml air

- 2 sendok teh garam

Cara membuat: 

Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum dan matang, masukkan cabai merah keriting, jahe, daun salam dan daun jeruk. Tumis hingga layu dan harum.

Tambahkan saus tiram, kecap manis dan gula Jawa sisir, aduk rata dan tumis selama 2 atau 3 detik.

Tambahkan kerang darah, aduk rata. Masukkan sekitar 250 ml air, air asam Jawa dan garam. Aduk rata dan masak hingga kerang empuk dan air menyusut habis. Jika kerang belum empuk dan air habis, tambahkan kembali air dan masak hingga kering.

Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Angkat dan sajikan dengan nasi hangat. Super yummy! 

Source:
Wikipedia - Bivalvia< a href=#resepdapurindoFootnoteLink-2 class=resepdapurindo-DoNotFootnote style=color: inherit;>[2]

References

  1. ^ Pepes Ikan Mas dan Info Penting Seputar Ikan yang Perlu Anda Ketahui. (www.justtryandtaste.com)
  2. ^ Bivalvia (en.wikipedia.org)

Source : http://www.justtryandtaste.com/2015/02/tumis-kerang-asam-pedas-manis.html
 
Sponsored Links