-->

Sabtu, 20 Februari 2016


'Ngobrol' dengan si kecil Fatih, putra bungsu adik saya Wiwin yang baru berusia 8 tahun memang penuh dengan momen yang menggelikan dan acapkali membuat saya ngakak, saya pun tak tahan untuk membaginya dengan anda di sini.  Si kecil ini benar-benar seorang entertainer sejati yang dengan gayanya yang polos dan cara berpikirnya yang smart terkadang membuat saya terheran-heran sendiri. Contohnya kemarin saat saya cuti selama dua hari dan tingggal di rumah Wiwin dimana sebagian besar waktu tersebut saya gunakan untuk memasak beberapa resep yang rencananya akan di tampilkan di ehem.... Buku perdana saya yang bertema Home Cooking. Demi hasil foto yang bagus di setiap resepnya maka saya pun meminjam kamera DLSR adik saya, Tedy. Hasilnya memang mengesankan membuat saya berulangkali meratap andai kamera ini milik saya sendiri. 

Nah ketika Fatih pulang dari sekolah kemarin dan nangkring di sebelah saya melihat proses memilah puluhan gambar, saya pun iseng mengucap Dek, Tante Endang kepingin punya kamera ini nih. Hasil fotonya keren. Fatih menatap kamera Tedy yang bersanding dengan Poweshot G12 saya yang terlihat imut, Ya sudah Tante Endang beli dong, sahutnya santai. Mahal! Nggak ada uangnya. Gimana kalau pinjam dari Om Tedy selama seumur hidup ya? jawab saya sambil dalam hati mengharap dot com Tedy bersedia dengan proposal abal-abal yang akan saya ajukan. Seumur hidup? Itu sama saja seperti Om Tedy kasih kameranya ke Tante Endang dong, jawab si kecil yang menggemaskan ini. Iya ya, mana mau OmTedy kasih ya? Jawab saya sambil cengar-cengir sendiri memandang muka bulatnya yang seperti bulan purnama. Kalau mau punya uang banyak Tante Endang harus bangun pagi lah. Kan orang yang bangun pagi akan dikasih uang banyak sama Allah. Adik berangkat jam enam pagi saja Tante masih tidur!. Saya tak tahan untuk tidak terbahak-bahak mendengar protesnya. Jadi tipsnya gimana supaya bisa bangun pagi? Tanya saya tak tahan. Pakai alarm dong, jadi Tante Endang beli weker dulu supaya bisa bangun pagi. Lihat Ayah tuh, setiap hari bangun jam lima pagi. Uangnya Ayah banyak. jawabnya serius. ^_^
Okeh kembali ke resep yang kali ini saya posting. Gulai singkong ini tidak berhubungan dengan Fatih melainkan dengan Rafif, abangnya. Jika Fatih sama seperti Ibunya dan saya, pemakan segalanya, maka Rafif sangat picky dengan makanan. Favoritnya adalah telur dadar! Setiap hari hanya menu itu saja yang di-request, entah telur dadar dengan nasi atau telur dadar dengan roti. Semua sayuran No, katanya. Tapi ajaibnya gulai daun singkong, dia suka, dan menjadi sayur satu-satunya yang bisa ditelan tanpa protes. Walau menu ini tidak termasuk di dalam salah satu resep masakan yang saya buat untuk buku, namun melihat dua ikat kecil daun singkong di kulkas membuat saya teringat dengan Abang, panggilan kami semua untuk Rafif. Jadi segera saja daun-daun ini saya rebus sebentar hingga empuk, semua bumbu saya blender hingga halus, dan tidak memakan waktu lama semangkuk gulai daun singkong telah terhidang di meja. Pukul tiga sore saat Abang pulang dari sekolah, sepiring nasi dengan gulai daun singkong dan sepotong ayam tulang lunak pun disikatnya hingga tuntas. 

Untuk membuat masakan ini sangat mudah, poin penting adalah merebus daun singkong hingga benar-benar empuk sebelum anda gunakan untuk masakan apapun yang akan anda buat darinya. Tidak ada hal yang lebih mengesalkan saat menyantap daun singkong dimana anda harus bersusah payah mengunyahnya. Pilih daun yang masih muda karena mudah lunak kala direbus dan rebus hingga seempuk mungkin. Karena gulai ini saya buat untuk keponakan saya yang tidak tahan pedas maka porsi cabainya sangat terbatas, silahkan tambahkan cabai untuk menyesuaikan dengan selera anda. Biasanya Ibu saya suka memasak gulai ini dengan tambahan potongan ikan asin jambal atau teri di dalamnya, membuat rasa kuah menjadi lebih gurih dan sedap, untuk kali ini saya hanya membuat versi plainnya. 

Nah berikut resepnya ya.


Gulai Daun Singkong

- 200 gram daun singkong yang telah direbus hingga lunak

Bumbu dihaluskan:

- 2 buah cabai merah besar

- 4 siung bawang merah

- 2 siung bawang putih

- 1/2 sendok makan ketumbar

- seujung kuku jinten

- 5 butir kemiri sangrai

- 1 ruas jari kunyit

- 1 ruas jari jahe

- 1 batang serai ambil bagian putihnya saja
- 2 sendok makan minyak goreng untuk menumis

Bumbu lainnya:

- 3 lembar daun salam

- 2 lembar daun jeruk

- 2 ruas jari lengkuas, pipihkan

- 2 sendok teh gula pasir

- 1 sendok teh garam

- 1/2 sendok teh kaldu bubuk  
- 1/4 sendok teh merica bubuk 

- 80 ml santan kental instan

- 500 - 700 ml air

Cara membuat:

Siapkan daun singkong, pilih pucuk muda dan helain daun yang masih lunak kala diremas. Siapkan panci berisi air, rebus hingga air mendidih dan masukkan daun singkong + 1 sendok makan garam. Rebus daun singkong hingga empuk, tes dengan mengambil sehelai daun dan pencet dengan kedua jari tangan, kalau masih liat lanjutkan merebus hingga benar-benar lunak.

Angkat rebusan daun dari panci, tiriskan dan buang air rebusannya, cuci daun dengan air dingin agar kelebihan garam menghilang. Peras hingga semua air rebusan hilang dan potong-potong daun menjadi ukuran yang kecil. Sisihkan. 


Siapkan panci, beri 2 sendok makan minyak goreng. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk dan lengkuas hingga harum dan bumbu matang. Tandanya bumbu berwarna tidak pucat lagi. Masukkan rajangan daun singkong, aduk rata kemudian tambahkan air dan rebus hingga mendidih.

Note: jika anda menggunakan teri dan ikan asin, masukkan pada tahap ini. 

Masukkan garam, merica, gula dan kaldu bubuk, tuangkan santan kental, aduk rata. Masak dengan api kecil sambil sesekali diaduk hingga mendidih, santan matang dan tidak pecah. Beri kesempatan santan direbus hingga benar-benar matang, jika air berkurang tambahkan air panas sesuai selera. Cicipi rasanya, angkat dan sajikan. Yummy!

Source : http://www.justtryandtaste.com/2014/03/gulai-daun-singkong-menu-kegemaran-abang.html
 
Sponsored Links