-->

Jumat, 13 Mei 2016


Dari pada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini, biar tak mengapa.... Anda setuju dengan kalimat yang saya kutip dari lagu Meggy Z. di atas? Hmm, mungkin saat gigi sedang sehat, tidak berlubang, tidak meradang dan nyut-nyutan seperti yang saya rasakan minggu lalu maka anda akan mengangguk antusias. Yeach, mending sakit gigi Ndang, dibanding sakit hati karena cinta! Itu lebih sakit, lebih sakit! Oke, yep, saya mengerti. Tapi minggu lalu saya memilih untuk sakit hati saja dibandingkan sakit gigi hebat yang membuat makan, tidur, bahkan bengong pun terasa tersiksa. Satu gigi geraham yang sebenarnya sudah lama bermasalah karena tambalannya yang lepas akhirnya berteriak meminta perhatian untuk segera ditangani, sakitnya bukan hanya di seputar geraham dan mulut saja bahkan sudah mencapai telinga, kepala dan leher. Saat makan pun saya harus ekstra hati-hati karena tersentuh benda padat sedikit saja telah membuat saya menjerit galau. Tobat!

Dua minggu lamanya penderitaan ini saya tahan hanya karena saya benci dokter gigi. Membayangkan suara bor yang mendesing, sinar lampu di atas kepala dan mulut di obok-obok saja telah membuat saya nervous berat. Untuk menghindari sering-sering ke dokter gigi, saya pun merawat gigi mati-matian. Antara lain, selalu menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur, berkumur dengan cairan mouthwash, rajin menggunakan dental floss (kalau sedang ingat). Hasilnya gigi saya bebas masalah, bebas plak, bebas bau mulut, bersih dan rapi. Nah bagian bersih dan rapi itu adalah pendapat para pemerhati di sekitar saya ^_^. Karena itu ketika satu gigi geraham yang telah lama ditambal perlahan-lahan tambalannya tergerus dan menyisakan lubang yang menganga, saya masih cuek-cuek saja karena belum terasa sakitnya. Hingga akhirnya semua itu mencapai klimaksnya saat saya menggigit cabai rawit di kantor, rasa sakit yang menjalar hingga ke kepala membuat saya kabur sejenak di apotik terdekat untuk membeli asam mefenamat. Obat penghilang nyeri ini ampuh untuk sakit gigi, namun ternyata belum ampuh untuk nyeri gigi saya.  



Cara termudah, tercepat dan terakurat menghilangkan rasa sakit tentu saja pergi ke dokter gigi, namun yang saya lakukan adalah menundanya dan justru sibuk browsing tak tentu arah tentang mengobati sakit gigi secara natural. Mulai dari berkumur dengan air garam, berkumur dengan air bawang putih, rebusan daun sirih hingga meneteskan gigi berlubang dengan minyak jarak. Ampuh Mba, langsung hilang sakitnya. Aku dulu waktu kecil pernah diobati dengan cara itu langsung sembuh nggak kambuh lagi, kata Sintya, teman saya. Nah yang menjadi masalah adalah dimana saya harus mencari minyak atau getah jarak? Tidak ada kebun atau halaman di sekitar rumah Pete yang ditanami tanaman ini dan bisa dirampok satu atau dua batang daunnya. Berdasarkan hasil baca-baca di internet, getah jarak membuat gigi keropos dan hancur. Bikin penyakit lainnya nih, pikir saya kalut. 

Semua teman di kantor rata-rata mengatakan, gigi pasti akan dicabut karena lubang yang dalam. Menurut mereka, Ini tidak akan bisa diselamatkan lagi! Pasti cabut solusinya. Saya tahu dengan pasti jika  satu gigi dicabut maka harus diganti dengan gigi palsu untuk mengisi kekosongan, karena kalau tidak sisa gigi akan bergeser dan membuat gigi menjadi jarang bahkan bisa membuat rahang pun bergeser. Pasang gigi palsu permanen minimal 5 juta, itu sekitar 10 tahun lalu. Kalau gigi palsu bongkar pasang sih masih lebih murah. Wah ini penyakit lainnya menerjang, penyakit kantong kempes maksud saya. Urusan gigi memang bukan urusan murah dan mudah. Selain menyakitkan, menyeramkan juga membuat dompet kering. ^_^


Saya agak berbesar hati tatkala mendapatkan informasi di internet (lagi-lagi!) bahwa gigi bisa diselamatkan dengan cara root canal treatment alias perawatan saluran akar. Perawatan ini jelas lebih murah dan gigi bisa dipertahankan asalkan pasien rela dengan proses penyiksaan yang terjadi kala dokter membersihkan akar gigi dan membuang semua infeksi dan saraf di dalamnya. Membaca dan melihat prosesnya di website saja telah membuat perut saya mulas, membuat saya bolak balik mengetikkan kata kunci 'root canal treatment menyakitkan' atau 'sakitkah perawatan root canal treatment?' dan rata-rata enggan mengungkapkan penderitaan yang terjadi. Akhirnya hari Senin, minggu lalu, sepulang kantor saya langsung meluncur ke sebuah klinik gigi di jalan Bangka Raya. Klinik ini juga hasil browsing di internet dengan kata kunci 'klinik gigi murah dan bagus'. Okeh saya tahu, anda pasti akan berteriak Mana ada hari begini klinik gigi murah bin bagus!? Saya pun setuju dengan anda untuk itu, tapi namanya juga usaha kan? Siapa tahu? ^_^

Singkat cerita, akhirnya sakit gigi saya usai sudah. Root canal treatment yang saya takutkan tidak semenyeramkan seperti yang saya bayangkan. Mungkin karena obat bius yang disuntikkan kekuatannya mampu melumpuhkan seekor gajah atau karena ketampanan si dokter yang membius saya. Satu setengah jam gigi saya dipermak dengan bor, jarum dan aneka peralatan lainnya yang benar-benar enggan saya lihat. Ketika saya membuka mata, dokter menunjukkan saya sebuah jarum berlumuran darah dengan secuil daging kecil di ujungnya, Nah ini akarnya seperti ini. Gubrak! Apakah dia tidak tahu betapa stress-nya  saya berbaring di atas kursi penderitaan itu? Hebatnya setelah perawatan selesai, semua sakit gigi lenyap tak bersisa. Gigi ditambal sementara dan beberapa kali kunjungan lagi berikutnya - tentu saja berarti biaya yang harus saya keluarkan - maka usailah masalah gigi geraham ini. Walau saya akui si dokter cukup tampan, namun sepertinya lebih baik saya tidak  mengunjungi kliniknya lagi. ^_^ 

Okeh kembali ke resep cireng yang kali ini saya posting, tidak ada hubungannya dengan sakit gigi yang saya ceritakan panjang kali lebar di  atas. Makanan ini sedap dimakan saat hangat-hangat - karena setelah dingin akan mengeras - terutama dengan cocolan saus sambal atau cabai rawit. Nah saya pernah menampilkan resep cireng sebelumnya, namun hasilnya menurut saya mengecewakan dan tidak saya rekomendasikan untuk dicoba. Untuk cireng kali ini saya mendapatkan resepnya dari teman saya Tri, yang pada suatu Minggu  nan cerah mengirimkan saya pesan di WhatsApp, Ndang, aku coba resep cireng hari ini. Enak dan empuk! Dan sayapun langsung meluncur ke dapur untuk membuktikannya karena... cireng merupakan salah satu makanan favorit saya, serta banyak pembaca yang menanyakan resep cireng yang oke. Bagi anda yang tidak tahu makanan apakah cireng ini, camilan ini merupakan singkatan dari kata aci di goreng. Aci adalah tepung kanji (tapioka) dalam bahasa Sunda dan makanan ini memang berasal dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Di Jakarta cireng banyak dijajakan di penjual gorengan di tepi jalan. Membuatnya sendiri selain mudah dan lebih higienis, anda juga bisa memasukkan aneka isi di dalamnya. 

Berikut resep dan prosesnya ya. 


Cireng Isi Keju

- 200 gram tepung tapioka/tepung sagu

- 200 gram tepung terigu
- 2 batang daun bawang, rajang halus  
- 400 ml air 

- 8 siung bawang putih dihaluskan

- 2 sendok teh garam

- 1 sendok teh gula pasir

- 1 sendok teh kaldu bubuk instan (optional), skip jika anda menggunakan air kaldu

- 1 sendok teh merica bubuk

- 1 sendok makan margarine
- keju parut secukupnya untuk isi

Cara membuat:

Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu, tepung tapioka dan daun bawang. Aduk hingga rata. Buat sumur di tengah tepung dengan spatula. Siapkan panci, masukkan air, bawang putih, kaldu bubuk, garam, gula, merica dan margarine, aduk rata dan rebus hingga mendidih.

Tuangkan rebusan ini ke lubang sumur di tepung. 


Aduk semua bahan hingga rata dan menjadi adonan kasar yang lembab. Anda bisa menguleninya di mangkuk atau tuangkan adonan di meja datar dan uleni perlahan dengan tangan hingga tercampur baik. Hati-hati saya menguleninya karena adonan masih panas. 

Bulatkan adonan, potong menjadi dua bagian yang sama besarnya.


Ambil satu bagian adonan, gelindingkan di permukaan meja hingga menjadi batang panjang. Bagi menjadi 8 atau 9 bagian. Jika anda ingin ukuran cireng yang seragam maka timbang masing-masing potongan adonan seberat 50 gram. 

Pipihkan satu bagian adonan di telapak tangan, isi dengan keju parut secukupnya. Jika lengket, olesi permukaan tangan anda dengan minyak goreng saat menangani adonan. Bulatkan adonan sehingga keju tertutupi oleh adonan, pipihkan hingga menjadi piringan kecil.

Tata adonan yang telah dibentuk di sebuah piring atau loyang yang telah diolesi dengan minyak. Lakukan hingga semua adonan habis dibentuk. 

Siapkan wajan, isi dengan minyak agak banyak dan panaskan. Goreng cireng dengan api kecil hingga satu sisi matang, kuning kecoklatan. Kemudian balikkan dan goreng sisi sebelahnya hingga matang. Angkat dan tiriskan. 

Santap cireng hangat-hangat dengan cabai rawit atau cocolan sambal botolan. Yummy!
 


Source : http://www.justtryandtaste.com/2014/02/cireng-isi-keju-dan-balada-sakit-gigi.html
 
Sponsored Links