-->

Selasa, 31 Mei 2016


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H dan mohon maaf lahir dan batin! Ah, walau terlambat sekian lama namun tidak menghalangi niat tulus saya mengucapkan kalimat yang sangat dinanti umat muslim di belahan dunia manapun setiap tahunnya. Setelah 'beristirahat', tepatnya bermalas-malasan selama hampir satu bulan lamanya, akhirnya gatal juga jemari tangan saya untuk mulai mengetikkan bait dan kata di JTT. Bagi anda yang bertanya-tanya kemana sajakah saya gerangan sekian waktu lamanya menghilang dari peredaran maka dengan ini saya nyatakan kondisi saya baik-baik saja, sehat walafiat, tanpa kurang satu apapun juga. Terima kasih atas beberapa email dan komentar di fanpage JTT yang menanyakan kabar saya, perhatian dari rekan-rekan semua sangat-sangat saya hargai. ^_^


Sebenarnya, koleksi gambar hasil eksperimen di dapur telah 'berjibun' banyaknya mengendap di kamera saya, namun terus terang saya dilanda kebingungan hendak memulai dari resep yang mana untuk ditampilkan. Beberapa resep kue kering terpaksa saya kesampingkan terlebih dahulu karena waktunya yang kurang tepat (Hey, Lebaran telah usai!). Tidak terlalu banyak kue kering, karena resolusi kami saat Lebaran ini adalah: Jangan menaikkan berat badan yang telah turun selama puasa Ndang! Dan jangan masak yang macam-macam. Dengan ancaman super serius seperti itu, apalagi ditambah dengan gagang panci yang diayun-ayunkan dengan semangat di depan muka saya membuat saya pun mengurungkan niat untuk mencoba sederet resep di buku Ny. Liem yang sebenarnya membuat saya penasaran. Beberapa akhirnya lolos juga seperti nastar keju dan kaastengel (resep menyusul ya). Tentu saja hasil eksperimen dengan riang gembira masuk ke dalam tas koper besar Ibu saya - yang akhirnya berhasil kami bujuk untuk datang ke Jakarta - dan menjadi oleh-oleh di kampung. 


Nah berbicara tentang resep yang saat ini saya posting. Iga panggang ini saya buat dua hari sebelum Lebaran, bekukan di freezer dan saat takbir bergema di malam hari, saya keluarkan dari freezer untuk dipanggang sebentar di oven. Keesokan harinya saat selesai sholat Id, menjadi santapan kami sekeluarga, tentu saja bersama ketupat, sayur godog, sambal goreng hati, opor ayam, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Sebenarnya, tidak ada rencana untuk membuat makanan ini sebelumnya. Ide tercetus gara-gara kunjungan singkat saya ke sebuah supermarket, membuat saya terdampar bersama ibu-ibu lainnya di area daging dan bahan basah. Iga daging membludak disana dengan harga yang diobral lebih murah dari biasanya.  Ini kali pertama saya mencoba iga panggang, selama ini iga selalu saya olah menjadi asem-asem atau sop iga saja, namun tentu saja saya sudah tahu iga panggang seperti apa yang ingin saya ciptakan. Daging iga harus super empuk dan lepas dari tulangnya, bumbu yang bercita rasa manis, asin, gurih dan meresap ke setiap serat dagingnya. Permukaannya cukup kering namun bagian dalamnya moist dan lembut. Hmm, terdengar super yummy!


Demi mewujudkan impian saya, mulailah saya meracik bahan dan mengira-ngira bumbunya. Tantangan memasak iga adalah memastikan dagingnya empuk dan mudah terlepas dari tulang tengahnya. Saya menghindar menggunakan panci tekanan tinggi (pressure cooker) karena ukurannya yang besar dan berat. Jadi iga lantas saya lumuri dengan lumatan buah kiwi yang terkenal ampuh dan ajaib untuk mengempukkan daging. Iga saya diamkan selama 1 jam, baru kemudian saya rendam dengan bumbu perendamnya, kemudian iga saya rebus di wajan jumbo untuk membuatnya empuk dan matang. Perkiraan saya salah besar saudara-saudara! Setelah hampir 2 jam saya merebus iga, dan kompor serta dinding dapur telah penuh dengan cipratan kuah bumbu yang kecoklatan, iga tak kunjung melunak. Dengan sangat-sangat terpaksa akhirnya saya tuangkan juga masakan setengah jadi ini ke dalam panci tekanan tinggi, dan rebus selama 30 menit. Hasilnya adalah iga super empuk sesuai harapan. Sayangnya tampilannya tidak secantik iga panggang a la restoran, karena semua tulang terlepas dari dagingnya. Next time sepertinya saya harus mengurangi waktu merebus di panci tekanan tingginya.


Iga yang telah matang dan empuk, siap anda susun di atas permukaan loyang datar, beri sedikit margarine di permukaan iga dan panggang di oven selama 15 menit, hingga iga terlihat kering. Ah bagaimana dengan rasanya? Untuk itu saya pun menyodorkan sepiring nasi putih hangat dan dua potong iga ke Rafif, keponakan saya yang picky eater dan memiliki selera tinggi dalam menilai makanan. Komentarnya? Hmm, enak! Terima kasih Tante Endang. Sama-sama Bang! ^_^

Yuk, kita lihat resep dan prosesnya yang mudah. 
 
Iga Panggang a la Just Try & Taste
Resep hasil modifikasi sendiri

Resep iga lainnya: 
Sop Iga: Untuk yang sedang flu berat[1]
Sop Iga [2]
Membuat Sup Konro [3]

Untuk 3 kg iga sapi 

Bahan:

3 kg iga sapi, potong-potong sesuai selera

Bumbu rendaman:

- 100 gram gula jawa, sisir halus

- 4 sendok makan air asam jawa

- 8 sendok makan kecap manis
- 2 sendok makan puree tomat 
- 1 sendok makan saus tiram

- 2 sendok makan kecap asin

- 1 1/2 sendok teh garam

Bumbu dihaluskan:

- 3 sendok makan ketumbar sangrai

- 1 sendok teh jintan, sangrai

- 1/2 sendok makan merica butiran sangrai

- 1 butir bawang bombay ukuran besar (bisa diganti dengan 10 butir bawang merah)

- 8 siung bawang putih

- 3 ruas jahe

- 2 ruas kunyit 
- 2 ruas lengkuas muda

- 2 batang serai, ambil bagian putihnya

Bahan lainnya:

- 4 lembar daun jeruk 
- 2 butir buah kiwi untuk mengempukkan iga (optional)  
- air secukupnya untuk merebus iga

Cara membuat:


Siapkan iga sapi, lumuri permukaan iga dengan buah kiwi yang telah dihancurkan hingga seluruh permukaan iga terlumuri dengan baik. Diamkan di dalam kulkas selama minimal 1 jam.

Note: Buah kiwi memiliki khasiat seperti getah pepaya, memiliki enzym yang mampu untuk mengempukkan daging.  Untuk 1 kg daging gunakan 1/2 buah kiwi. Terlalu berlebihan dalam menggunakan buah kiwi akan membuat daging menjadi terlalu empuk dan mudah hancur. 

Siapkan semua bumbu rendaman dan bumbu yang dihaluskan ke dalam mangkuk. Aduk rata. 
 


Masukkan iga yang telah direndam kiwi ke dalam bumbu rendaman. Tidak perlu membersihkan buah kiwi yang melekat. Aduk hingga semua bumbu rendaman terlumuri dengan baik di permukaan iga. Tutup wadah iga dengan plastik wrap dan diamkan di kulkas selama minimal 2 jam. 

Tuangkan iga ke dalam wajan, tambahkan daun jeruk dan rebus hingga iga menjadi empuk. Tuangkan air sedikit demi sedikit jika air dalam rebusan iga habis dan iga belum empuk. 

Jika anda menggunakan panci bertekanan tinggi:
Masukkan iga ke dalam panci, tuangkan air hingga iga terendam air. Jangan terlalu banyak menambahkan air, hanya agar iga tertutup air saja. Aduk rata hingga semua bumbu larut. Tutup panci dengan benar sesuai dengan instruksi di buku petunjuk penggunaan panci anda.

Rebus dengan api besar hingga terdengar suara desisan uap keluar dari panci. Kecilkan api kompor dan lanjutkan merebus selama 30 menit. Angkat panci dan biarkan hingga semua uap habis, terdengar bunyi klik tanda penutup panci bisa diangkat. Buka panci dan keluarkan iga. 
 


Siapkan loyang datar untuk memanggang kue kering atau cake. Letakkan 1 sendok margarine di beberapa titik di permukaan loyang. Tata iga di atas loyang dan beri seujung sendok teh margarine di masing-masing permukaan iga. 

Panggang di oven dengan suhu 170'C selama 15 menit. Atau hingga iga terlihat mengering permukaannya. Balik-balikkan iga selama proses pemanggangan, agar seluruh bagian terpanggang dengan baik. 

Anda juga bisa membakarnya di atas permukaan arang atau kompor dengan menggunakan pemanggang daging. Tidak memerlukan waktu lama untuk memanggangnya, tujuan pemanggangan hanya untuk membuat permukaan iga kering dan mengeluarkan aroma terpanggang atau terbakar.

Santap iga dengan nasi putih hangat dan sambal terasi. Super yummy!

References

  1. ^ Sop Iga: Untuk yang sedang flu berat (www.justtryandtaste.com)
  2. ^ Sop Iga  (www.justtryandtaste.com)
  3. ^ Membuat Sup Konro  (www.justtryandtaste.com)

Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/08/iga-panggang-la-just-try-taste.html
 
Sponsored Links