Moody. Satu sifat yang menempel erat dalam karakter saya dan seringkali membuat saya merana sendiri. Jika teringat betapa mudahnya saya menjadi tidak bersemangat, kehilangan minat dan 'mati gaya' hanya karena satu atau dua masalah maka betapa saya mengidamkan untuk menjadi sosok yang stabil, persistent dan fokus pada suatu tujuan. Memasak pun menurut saya memerlukan mood yang bagus agar saya semangat memulainya. Gunungan resep di draft blog saya tak terhingga banyaknya dan terus bertambah hari demi hari berharap satu hari nanti resep-resep tersebut akan terwujud di dapur dan menambah satu lagi koleksi resep di JTT.Â
Tapi tentu saja mimpi hanyalah tinggal mimpi, karena untuk menggerakkan kaki ini ke dapur saja alamak beratnya. Apalagi setiap kali pulang dari kantor dan menatap kondisi rumah yang acak-acakan - minggu lalu kakak saya dan keluarganya menginap beberapa hari di rumah Pete - menjadikan saya semakin enggan bereksperimen di dapur. Karena untuk memulai satu resep saya harus membersihkan lantai hingga mengkilap, mencuci tumpukan piring dan baju serta menyikat kamar mandi. Ahh, rumah ini telah memperbudak saya. ^_^
Untungnya bad mood saya tidak pernah berlama-lama. Begitu banyak hal menarik di dunia luas ini sehingga terlalu sayang jika hanya dilewatkan dengan berpangku tangan dalam hampa. Begitu banyaknya pula resep-resep unik yang membuat tangan saya gatal untuk mencoba dan sungguh sayang rasanya jika tidak berbagi ke yang lainnya. Jadi kemarin, sepulang kerja saya pun meluncur cepat menggunakan ojek, tak sabar untuk mencapai pintu gerbang rumah dan pintu dapur tentunya. Beberapa resep yang begitu inginnya saya coba telah terekam dalam benak, namun ada satu resep yang begitu inginnya saya praktekkan karena email dari salah satu pembaca JTT yang meminta saya untuk lebih sering menampilkan resep-resep gluten-free. Setelah berbasah kuyup bermandikan keringat karena menjadi upik abu selama tiga jam, rumah pun menjadi kinclong dan pada pukul setengah sepuluh malam saya pun memulai membuat biskuit maizena ini. Bahannya sangat simple dan membuatnya juga mudah.Â
Â
Nah sekarang apa sih yang dimaksud dengan makanan gluten-free? Makanan gluten-free adalah jenis makanan yang tidak mengandung gluten di dalamnya. Gluten merupakan protein yang ditemukan pada tepung gandum, barley, rye, malt dan triticale. Gluten umumnya digunakan untuk bahan tambahan makanan (food additive) sebagai pemberi rasa, penstabil, atau sebagai bahan pengental pada masakan. Diet gluten-free merupakan salah satu treatment yang umumnya diberikan pada penderita celiac disease[1], kondisi yang berhubungan dengan dermatitis herpetiformis[2], dan mereka yang alergi dengan gandum. Saat ini diet gluten-free/casein-free juga digunakan sebagai salah satu treatment bagi anak-anak penderita autis. Autism (Autism Spectrum Disorders/ASD) adalah gangguan perkembangan pada anak-anak yang membuat kemampuan komunikasi dan interaksi sosial mereka terganggu. Untuk mengurangi gejala autis pada anak-anak maka para orang tua seringkali melakukan alternatif treatment misalnya dengan memberikan makanan yang khusus. Akhir-akhir ini diet gluten-free/casein-free menjadi sangat populer. Beberapa orang tua melaporkan adanya perbaikan gejala autis dengan perlakuan diet ini.
Beberapa sumber biji-bijian dan pati bisa diterima dalam gluten-free diet. Yang umumnya digunakan adalah jagung, kentang, ubi jalar, nasi, dan tapioka. Jenis biji dan pati lainnya yang juga bisa diterima seperti biji bayam, pati tepung garut/ganyong (arrowroot), millet, sorghum, dan talas. Terkadang beberapa variasi dari kacang merah (bean), kacang kedelai, tepung kacang juga turut digunakan di dalam diet gluten-free untuk menambah kadar protein dan serat di dalam makanan. Walaupun terlihat variasi makanan gluten-free terbilang sangat banyak namun akan menjadi terbatas jika berhubungan dengan makanan kecil/snack yang umum dikonsumsi anak-anak, karena umumnya makanan-makanan seperti kue kering, cake dan roti terbuat dari tepung terigu yang tentu saja mengandung gluten. Apalagi di Indonesia label gluten-free pada pembungkus makanan sangat sulit ditemukan dan hampir semua jenis jajanan di supermarket mengandung gluten. Membuat kue dan camilan sendiri merupakan alternatif terbaik agar bisa asupan makanan bisa terjaga.Â
Kembali ke biskuit maizena ini, proses pembuatannya sangat mudah. Semua bahan cukup anda mikser jadi satu hingga tercampur rata. Karena adonan cukup pekat maka saya menggunakan food processor untuk memprosesnya. Saya rasa anda bisa menggunakan spatula atau tangan untuk menguleninya jika mesin mikser susah berputar. Karena terbuat dari tepung maizena dan bebas gluten maka kue akan tetap renyah dan tidak bantat walau anda uleni dengan tangan. Tekstur kue kering, renyah dan jika dimasukkan ke dalam kulkas akan menjadi sedikit keras. Bukan jenis kue kering yang langsung lumer di mulut. Saran saya jangan memanggangnya terlalu lama, biarkan kue terlihat garing di bagian tepiannya namun masih empuk di bagian tengah, dengan kondisi seperti ini kue akan akan terasa sangat remah dan tidak terlalu keras. Di resep aslinya kue dicetak dengan cara dibulatkan kemudian dipipihkan dengan garpu sehingga terbentuk tekstur cetakan garpu, berwarna putih dan tidak pipih sama sekali. Saat pertama kali saya membentuknya maka saya pun mengikuti resep aslinya, namun yang terjadi kue pun lumer dan menjadi sangat lebar, serta bersentuhan satu dengan lainnya. Adonan tersisa akhirnya saya masukkan ke kulkas berharap kue tidak akan terlalu meleleh saat dipanggang. Proses mencetak sesi kedua, adonan hanya saya bulatkan saja dan sama sekali tidak saya pipihkan. Hasilnya ternyata sama saja, kue meleleh dan melebar. Jadi saran saya, beri jarak agak lebar antar kue agar tidak saling menempel satu sama lain.
Untuk rasanya? Yummy! Berikut resepnya ya.Â
Biskuit Maizena
Bahan:
- 220 gram tepung maizena
- 100 gram gula pasir
- 1/2 sendok teh garam
- 1 butir telur
- 1/2 sendok teh vanila ekstrak
- 95 gram mentega/margarine, suhu ruang
Cara membuat:
Siapkan oven, set disuhu 165'C. Letakkan loyang pemanggang di tengah oven. Alasi loyang dengan kertas baking. Sisihkan.
Atau anda juga bisa menggunakan food processor. Masukkan semua bahan ke dalam food processor, proses hingga tercampur baik. Diamkan selama 10 - 15 menit.Â
Lumuri jari dan telapak tangan anda dengan tepung maizena, ambil 1 sendok makan adonan. Bulatkan dengan telapak tangan dan ujung jari hingga menjadi bola bulat. Jika adonan terlalu lengket masukkan ke dalam kulkas sekitar 10 menit hingga agak keras. Tata bola adonan di loyang. Beri jarak antar kue karena kue akan meleber cukup lebar saat dipanggang.Â
Panggang selama 15 - 20 menit atau hingga bagian pinggir kue terlihat mengeras, permukaannya berwarna keemasan dan bagian tengahnya masih empuk. Keluarkan dari oven, dinginkan selama 10 menit di loyang baru pindahkan ke rak kawat agar benar-benar dingin. Kue akan terasa empuk saat masih panas, jadi jangan pindahkan kue dalam kondisi panas.
Simpan di stoples. Siap disantap. Yummy! Â
Sources:
Web Whats Cooking America - Biscoitos-de-Maizena[3]
WebMD - Gluten-free/Casein-free Diets for Autism [6][5][4]
Wikipedia - Gluten-free diet[7]
References
- ^ celiac disease (en.wikipedia.org)
- ^ dermatitis herpetiformis (en.wikipedia.org)
- ^ Biscoitos-de-Maizena (whatscookingamerica.net)
- ^ uten- (www.webmd.com)
- ^ free/Casein (www.webmd.com)
- ^ -free Diets for Auti (www.webmd.com)
- ^ Gluten-free diet (en.wikipedia.org)
Source : http://www.justtryandtaste.com/2013/02/biskuit-maizena-lezat-gluten-free.html