-->

Sabtu, 27 Juni 2015


Saya menganggap diri saya kuat, setidaknya itu juga yang dikatakan oleh orang-orang di sekeliling saya. Dengan bahu lebar nan bidang seperti lelaki, sering kali ketika di bangku sekolah saya dijuluki berpostur satpam atau hansip. Tatkala semua gadis-gadis remaja melangkah gemulai maka saya melangkah tegap dengan dagu terangkat dan tatapan mata lurus ke depan. Saya jarang menoleh ke kanan atau ke kiri kala berjalan, sehingga seringkali tidak melihat teman di pinggiran jalan walaupun mereka berteriak hingga suara serak atau dengan tangan melambai-lambai heboh. Biasanya saya baru sadar setelah melewati mereka beberapa meter dan itu sudah terlambat. Si Endang emang sombong bener! Banyak yang menyebut saya begitu karena seringnya tidak membalas sapaan mereka. Tapi sumpah mati itu benar-benar murni karena saya tidak melihatnya. ^_^

Jalan saya pun super cepat, berbicara cepat, bekerja cepat dan makan pun cepat. Saya susah mengeremnya menjadi perlahan dan melambatkan tempo merupakan hal terakhir yang muncul di benak. Bahkan rok melambai atau sepotong gaun pun tidak kuasa menjadikan saya bersikap feminim. Terkadang, lebih tepatnya seringkali, saya iri kala melihat wanita yang terlihat lemah-lembut, ramping dan bergerak gemulai bagaikan ranting cemara dihembus angin sepoi-sepoi. Lebih menjengkelkan lagi, setiap kali saya pergi ke spa atau salon untuk creambath atau pijat, maka terapisnya pasti akan bertanya disela nafas yang ngos-ngosan, Rajin olah raga ya Mba? Keras sekali badannya. Saya tahu, badan yang keras membuat si mbak terapis harus mengeluarkan ekstra tenaga agar pijatannya lebih terasa. Tobat! Padahal dalam setahun  bisa dihitung dengan jari berapa kali saya melakukan olah tubuh. Dulu bahkan semua orang mengira saya perenang yang handal gara-gara bahu bidang bak Richard Sambera yang saya miliki, mereka tidak tahu saya baru belajar berenang tiga tahun yang lalu di sebuah sekolah renang khusus untuk anak-anak. ^_^ 
Tapi kesombongan saya dengan menganggap diri sok kuat akhirnya teruji ketika harus menyerah selama tiga minggu lamanya tersandera dengan batuk dan flu berat. Dua hari absen 'ngantor' di minggu lalu ternyata tidak cukup, saya pun akhirnya harus tidak masuk ke kantor lagi pada minggu ini. Percayalah segala jenis obat baik tradisional, dari dokter hingga yang umum dijual di apotik hampir 70% nya sudah saya coba. Jenis makanan yang saya santap pun saya pilih dengan hati-hati, yang jelas makanan tersebut haruslah non gorengan, tidak pedas, tidak mengandung kacang dan menghindari segala jenis makanan yang memicu alergi dan batuk. Dua minggu lamanya saya bertahan dengan bubur sayuran yang saya masak di slow cooker, dan tidak bergeming ketika tawaran combro segunung dari Mba Mirah heboh diperebutkan seisi kantor. 

Namun batuk ini sepertinya sangat betah bersemayam di tenggorokan saya hingga akhirnya minggu lalu saya menyerah. Saya benar-benar bosan dengan batuk dan bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Jadi ketika dua kantung plastik jumbo berisi rambutan segar dan seember besar ice cream dari rekan kantor digeletakkan di sebuah meja, saya pun akhirnya ikutan menyerbu seperti rekan lainnya. Kali ini saya memuaskan diri menyantap makanan favorit ini, tak peduli dengan peringatan Mba Ade, Awas lho, rambutan bikin batuk. Yeah, I know! Tapi siapa yang bisa menolak dengan makanan gratisan yang sedap ini? Kalau saya harus mati besok, setidaknya saya mati dengan mulut telah mencicipi rambutan super manis dan ice cream yang so creamy!



Kenekatan saya itu berbuah pahit, malamnya badan saya pun terserang demam dan serentetan batuk yang jauh lebih parah dari hari sebelumnya. Kali ini lebih menjengkelkan karena plus pilek yang membuat hidung tersumbat, membuat mulut saya pun megap-megap seperti ikan mas koki. Terpaksa saya harus mengirimkan sms ijin tidak masuk kantor lagi ke Fifi, rekan yang duduk di depan meja kerja saya. Obat batuk dosis tinggi yang membuat ngantuk menjadikan hidup saya seperti berada di dalam mimpi, pikiran pun melayang-layang tak tentu arah, setengah di dunia setengah di alam lainnya. Sialnya atau mungkin 'bagusnya' nafsu makan saya tak berkurang sedikitpun. Bagi banyak orang, sakit flu dan batuk berat kemungkinan akan membuat mereka enggan untuk melirik makanan apapun, tapi ini berbeda dengan saya. Otak foodie ini tetap bekerja dengan baik memikirkan sederetan makanan yang bisa saya eksekusi. Kali ini saya kembali insyaf dan memilih makanan yang aman,  nyaman dan bersahabat untuk memerangi batuk. Salah satunya adalah puding pisang pandan yang kali ini saya tampilkan. 

Ketika Heni, asisten rumah tangga saya kembali dari kampung halamannya seminggu yang lalu, sekardus besar pisang uli matang pun ikut dibawanya membuat saya puyeng memikirkan makanan apa yang akan saya buat darinya. Terus terang resep cake dengan bahan pisang sudah 'berjibun' banyaknya di daftar resep JTT dan pikiran untuk menambah satu resep lagi sepertinya kurang menantang. Lagipula dalam kondisi kurang fit seperti ini, membuat cake sepertinya bukan lah pekerjaan yang tepat. Semua pisang uli tersebut kemudian kami kukus untuk mencegahnya menjadi terlalu matang dan busuk. Pisang kukus ini mendekam berhari-hari lamanya di kulkas hingga akhirnya saya pun mempermaknya menjadi berloyang-loyang puding roti pisang pandan yang yummy ini.

Satu loyang besar puding versi yang dipanggang saya bawa ke kantor keesokan harinya, dan langsung dalam beberapa jam tersapu bersih oleh teman-teman di kantor. Sedangkan yang versi kukus saya simpan di kulkas untuk camilan ketika lapar melanda. Terus terang saya lebih meyukai versi kukusnya yang lebih lembut dan lunak. 



Sebagaimana resep puding roti umumnya yang super mudah maka puding roti kali inipun tak kalah simple-nya. Saya menggunakan ekstrak daun pandan asli untuk memberikan aroma, rasa dan warna hijau yang menggugah selera. Walau terus terang, aroma pandan ini sama sekali tak terdeteksi oleh indra penciuman saya yang mampet! Sekitar 20 lembar daun pandan saya blender bersama 250 ml air dan menghasilkan ekstrak yang cukup kental dan sangat hijau warnanya. Ekstrak pandan ini bersama bahan lainnya berupa telur, gula pasir, susu cair (yang bisa anda gantikan dengan santan setengah kental), mentega cair dan tepung maizena, cukup diaduk hingga rata dan siap digunakan sebagai pengikat roti dan pisang di dalam puding. Saya menggunakan pisang uli yang sudah dikukus, anda tentu saja bisa menggunakan jenis pisang lainnya seperti pisang raja dan kepok kuning, pastikan pisang matang maksimal dan memiliki tekstur yang cukup lunak.

Puding ini bisa dipanggang didalam oven dengan suhu 170'C atau dikukus seperti yang saya lakukan. Untuk membuat rasanya lebih sedap mungkin parutan keju cheddar bisa juga ditaburkan diantara lapisan pisang dan roti yang disusun di loyang. Puding ini lembut, creamy dan super yummy, dan tentunya nyaman disantap bagi si penderita flu dan batuk seperti saya. 

Lantas apakah batuk saya sudah sembuh? Ah tentu saja belum! Saat ini saya kembali ke pengobatan tradisional terakhir yaitu kecap dan perasan air jeruk nipis. Semoga ini bisa sedikit meredamnya. ^_^

Berikut resep dan prosesnya ya. 



Puding Roti Pisang Kukus

- 6 - 7  lembar roti tawar, tidak perlu dibuang tepiannya, sobek kasar

- 5 buah pisang uli  kukus/rebus iris serong tipis (bisa menggunakan pisang lainnya seperti raja atau kepok kuning)

- 200 gram gula pasir

- 200 ml ekstrak pandan

- 250 ml susu cair atau santan dengan kekentalan sedang
- 1 sendok makan tepung maizena, larutkan dengan 3 sendok makan air pandan

- 50 gram mentega dicairkan

- 3 butir telur, kocok lepas 

Cara membuat:


Siapkan daun pandan, cuci bersih dan potong dengan gunting sepanjang 2 cm. Masukkan ke dalam blender dan tambahkan 250 ml air. Proses hingga halus. Saring dan sisihkan air ekstraknya. Buang ampasnya. 

Siapkan mangkuk, masukkan gula pasir, ekstrak pandan, susu cair, maizena, mentega cair, dan telur kocok. Aduk rata dengan spatula atau garpu hingga gula larut. Sisihkan.


Siapkan loyang, saya menggunakan loyang ukuran 20 x 20 x 10 cm. Tata selapis roti tawar yang sudah disobek-sobek pada permukaannya. Tata selapis pisang rebus di permukaan roti. Terakhir tata roti tawar pada bagian paling atas. Lakukan ini berulang kali hingga loyang menjadi penuh dan akhiri dengan roti tawar di permukaan teratas.

Siram roti dengan larutan telur dan pandan. Usahakan semua bagian roti terkena cairan hijau.


Diamkan selama 15 menit agar roti menyerap cairan. Kemudian masukkan ke dalam kukusan, bungkus penutup kukusan dengan kain agar tidak ada air yang menetes. Kukus selama 30 - 40 menit atau hingga puding menjadi padat dan matang.

Keluarkan dari kukusan, biarkan hingga puding benar-benar dingin baru kemudian siap dipotong-potong sesuai selera. Yummy!


Source : http://www.justtryandtaste.com/2015/03/puding-roti-pisang-pandan-kukus.html
 
Sponsored Links